Industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia kini tidak bisa luput dari kebutuhan pengelolaan komunikasi yang baik. Ini dilakukan tidak lain sebagai cara dalam menginformasikan visi dan misi perusahaan untuk seluruh stakeholder terkait, guna menangkal informasi yang tidak sesuai.
Sehingga komunikasi kini menjadi jembatan bagi perusahaan dalam menginformasikan capaian perusahaan. Sebab itu Jika tidak dikelola dengan baik, perusahaan perkebunan bakal dihadapkan dengan berbagai kendala, yang pada akhirnya membuka peluang terpangkasnya penghasilan perusahaan.
Diakui atau tidak, saat ini merupakan era informasi terbuka, dimana konsumen sebagai penentu sebuah produk. Persepsi yang ada pada benak konsumen ditentukan oleh informasi yang diterimanya. Oleh karena itu, mau tidak mau perusahaan perkebunan harus segera beradaptasi dengan kondisi saat ini lewat pengelolaan informasi dan mengomunikasikannya dengan baik.
Industri kelapa sawit merupakan industri yang sangat dinamis. Perubahan begitu cepat terjadi, termasuk persoalan yang menyertainya. Ini terjadi lantaran industri berbasis lahan kerap bersinggungan dengan masyarakat yang memiliki potensi tinggi terhadap masalah sosial.
Bukan saja masalah sosial, isu lingkungan yang saat ini menjadi tren yang dilakukan negara-negara konsumen telah menjadi kendala serius yang harus segera ditanggulangi dengan menampilkan fakta sesungguhnya.
Isu-isu negatif yang dimunculkan tersebut boleh jadi merupakan isu umum bagi seluruh perusahan, tapi bagaimana bila isu tersebut menyasar perusahaan anda? Dengan berbagai kepentingan, isu-isu itu sengaja diproduksi untuk menekan dan menjatuhkan citra dan reputasi perusahaan dengan memberitahukan kepada seluruh stakeholder anda bahwa andalah penyebab terjadinya kerusakan lingkungan, kesenjangan sosial, dan lainnya.
Isu tersebut dibuat secara masif agar terus berkembang sehingga menjadi perbincangan publik dan membentuk persepsi negatif bagi masyarakat serta stakeholder lainnya. Bila tidak ditangani dengan serius, bisa bermuara kepada “label negatif ” dan bisa jadi masyarakat terpengaruh sehingga “meninggalkan” produk perusahaan anda.
Tentu saja kejadian diatas merupakan hal yang harus segara dilawan oleh pelaku industri kelapa sawit, dengan menunjukkan bahwa tudingan tersebut tidaklah sesuai fakta. Namun demikian, sayangnya tidak semua perusahaan perkebunan kelapa sawit memiliki sumber daya yang cukup untuk melakukan upaya komunikasi dengan baik.
Sebab itu Agricom hadir sebagai upaya dalam mengisi rantai komunikasi yang dibutuhkan perusahaan. Dengan pengalaman dan pemahaman yang matang dimiliki para personilnya, Agricom akan berupaya memberikan jembatan komunikasi yang baik antara perusahaan dengan para stakeholdernya. Termasuk didalamnya dengan Lembaga Swadaya Manusia (LSM) lingkunggan dan sosial. Menggalang komunitas dan kerjasama dengan para stakeholder.