AGRICOM, JAKARTA – PT Perkebunan Nusantara IV (PalmCo), meluncurkan program inovatif peremajaan sawit rakyat (PSR) dengan pola intercropping menggunakan tanaman padi gogo. Program dari anak usaha Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) ini diharapkan menjadi langkah strategis untuk mendukung ketahanan pangan nasional sekaligus meningkatkan produktivitas lahan.
Menurut Mohammad Abdul Ghani, Direktur Utama PTPN III, bahwa dari total 16,38 juta hektare (Ha) lahan sawit di Indonesia, sekitar 6,94 juta Ha atau 42% merupakan perkebunan rakyat. “Saat ini, sekitar 2,8 juta Ha kebun sawit rakyat sudah berusia lebih dari 25 tahun dan membutuhkan peremajaan segera,” jelas Abdul Ghani, dari keterangan yang diterim Agricom.id, Kamis (28/11/2024).
Selama proses peremajaan sawit, lahan sering kali tidak produktif selama lebih dari dua tahun hingga tanaman sawit baru mulai menghasilkan. Untuk itu, PTPN, bekerja sama dengan Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan, dan sejumlah pihak terkait, merancang program penanaman padi gogo di area PSR.
BACA JUGA: PTPN Holding Dukung Ketersediaan Lahan Sawah Padi Gogo Demi Program Swasembada Beras Nasional
"Pola tumpang sari memungkinkan padi gogo ditanam di antara tanaman sawit selama dua tahun pertama, yaitu saat Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). Ini dapat menjadi solusi potensial untuk mendukung swasembada pangan seperti yang dicanangkan Presiden," ungkap Abdul Ghani.
Sebagai tahap awal, program intercropping ini akan diimplementasikan di Kabupaten Siak, Riau, pada lahan PSR seluas 60 Ha milik petani plasma yang tergabung dalam Koperasi Produsen Karya Maju. Dari total lahan tersebut, sekitar 20 Ha akan ditanami padi gogo.
“Padi gogo tidak memerlukan irigasi khusus sehingga cocok untuk lahan kebun sawit yang sedang dalam tahap peremajaan,” jelas Direktur Utama PalmCo, Jatmiko Santosa.
Hingga tahun 2029, PTPN IV menargetkan penerapan intercropping padi gogo pada ribuan hektare lahan PSR setiap tahun. Menurut Jatmiko, program ini dapat membantu mencetak lahan produktif tanpa harus membuka lahan baru.
Jatmiko menambahkan bahwa keberhasilan program ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Pertanian, BPDPKS, pemerintah daerah, produsen pupuk, lembaga pembiayaan, hingga organisasi petani.
BACA JUGA: Kementerian Pertanian Dorong Percepatan Sertifikasi ISPO Melalui E-STBD
“Program ini merupakan inovasi besar untuk sektor perkebunan dan pertanian. Kami berharap dampaknya tidak hanya pada swasembada pangan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani,” ungkap Jatmiko.
Pelaksanaan program ini didukung oleh riset dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan PT Riset Perkebunan Nusantara. Rektor IPB, Prof. Arif Satria, mengungkapkan bahwa potensi pemanfaatan lahan PSR untuk padi gogo dapat menghasilkan tambahan 1,1 juta ton beras per tahun dari 470 ribu Ha lahan.
“Kolaborasi antara PTPN, IPB, dan berbagai pihak lain memungkinkan intercropping menjadi solusi konkret untuk mendukung ketahanan pangan sekaligus meningkatkan efisiensi lahan sawit,” ujar Arif. (A3)