Agricom.id, JAYAPURA – Pemerintah Kabupaten Jayapura secara resmi meluncurkan proyek revitalisasi produksi kakao berkelanjutan melalui kerja sama dengan Mars, Incorporated—perusahaan keluarga global yang bergerak di bidang perawatan hewan, makanan ringan, dan makanan—serta Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH Indonesia). Peluncuran ini ditandai dengan kegiatan “Kick-Off Revitalisasi Pengembangan Komoditas Kakao Berkelanjutan di Kabupaten Jayapura” pada 3 Oktober 2024, yang berlangsung di Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura.
Penjabat Bupati Jayapura, Ir. Semuel Siriwa, M.Si, menekankan pentingnya kakao sebagai komoditas unggulan di tingkat nasional dan internasional. “Proyek bersama ini, dengan dukungan berbagai pihak, merupakan langkah maju yang menunjukkan kolaborasi multipihak dalam pengelolaan lanskap dan pengembangan kakao berkelanjutan di Kabupaten Jayapura,” jelasnya dalam sambutannya.
Proyek Transformasi Lanskap Melalui Produksi Kakao Berkelanjutan, yang digagas oleh IDH dan Mars serta dilaksanakan oleh Orien, bertujuan untuk melindungi ekosistem hutan Papua yang menghadapi ancaman deforestasi akibat perubahan rencana tata ruang yang berpotensi mengkonversi 108.000 hektare hutan menjadi area penggunaan lain. Perkebunan kakao, di sisi lain, memiliki peran penting dalam perubahan lanskap Jayapura. Sistem agroforestri kakao berfungsi sebagai sabuk penyangga yang melindungi hutan sekaligus memberikan mata pencaharian bagi masyarakat sekitar.
Namun, produksi kakao di Papua saat ini masih kurang optimal karena usia kebun yang menua, serangan hama yang tidak terkendali, serta kurangnya infrastruktur untuk pengolahan bernilai tambah.
“Sebagai hutan tropis terbesar ketiga di dunia, perlindungan hutan Papua sangat penting untuk mendukung mitigasi perubahan iklim, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan menjaga keanekaragaman hayati. Produksi kakao berkelanjutan dapat menjadi solusi untuk melindungi hutan Papua melalui tata kelola lanskap dan pengembangan kapasitas petani,” jelas Sacha Amaruzaman, Senior Program Manager IDH Indonesia, dalam keterangan resmin dikutip Agricom.id, Rabu (11/12/2024).
Proyek ini menargetkan pelatihan bagi 30 petani teladan sebagai cocoa agripreneur, yang nantinya akan melatih 1.000 petani lainnya dalam praktik produksi kakao berkelanjutan. Praktik ini mencakup diversifikasi agroforestri kakao—seperti menanam kakao bersama pohon buah, tanaman kayu, dan tanaman pangan—menggunakan varietas kakao unggul, serta penerapan Praktik Pertanian Terbaik. Dengan asumsi kepemilikan lahan 2 hektare per petani, proyek ini menargetkan 2.000 hektare lahan kakao berkelanjutan di Kabupaten Jayapura.
“Mars berkomitmen untuk menciptakan ekosistem kakao yang modern, inklusif, dan berkelanjutan, di mana semua pihak diberdayakan untuk berkembang. Di Indonesia, komitmen ini diwujudkan melalui dukungan pada produksi kakao berkelanjutan. Kami percaya pelatihan cocoa agripreneur ini dapat melindungi hutan Papua sekaligus meningkatkan pendapatan petani,” ujar Fay Fay Choo, Cocoa Asia Director Mars.
Sebagai bagian dari proyek ini, Mars telah melatih 29 cocoa agripreneur di Akademi Kakao Mars di Tarengge, Sulawesi Selatan, pada Agustus dan September 2024.
Kegiatan kick-off juga menghadirkan perwakilan dari Orien Spasia Ecoscape, sebagai mitra implementasi proyek di lapangan, serta Forum Konservasi Leuser yang berbagi pengalaman pengelolaan lanskap dan kakao berkelanjutan di Aceh. Acara ini dihadiri oleh berbagai unsur pemerintah Kabupaten Jayapura, seperti Dinas PUPR, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Litbang, Dinas Koperasi, Dinas Perkebunan dan Peternakan, Dinas Perkebunan Provinsi Papua, serta Bappeda Kabupaten Jayapura.
Inisiatif ini menjadi bukti komitmen Jayapura untuk melindungi hutan Papua sembari membangun industri kakao yang berkelanjutan dan sejahtera bagi generasi mendatang. (A2)