Menakar Peluang Pasar Sawit Berkelanjutan Indonesia

Menakar Peluang Pasar Sawit Berkelanjutan Indonesia
Agricom.id

09 August 2019 , 10:49 WIB

Agrico.id, JAKARTA - Kejatuhan harga minyak sawit mentah (CPO) yang terjadi hingga dewasa ini, menjadi tekanan bagi pertumbuhan industri sawit nasional. Tak hanya berpotensi merusak tatanan bisnis semata, melainkan dapat pula merusak perawatan hingga pokok tanaman sawit itu sendiri. Di sisi lain, tuntutan pasar akan minyak sawit berkelanjutan juga terus bertumbuh, seiring tumbuhnya populasi dunia.

Kabar terbaru dari Bursa Pasar Derivatif Malaysia baru-baru ini, menggambarkan kejatuhan harga CPO yang sangat curam. Kondisinya, hampir mendekati level harga terendah pada 30 November tahun lalu, dengan harga sebesar RM 1970 per ton. Jatuhnya harga CPO, tentumembutuhkan banyak dukungan dari para pemangku kepentingan bisnis minyak sawit, guna mendrongkrak harga kembali bertumbuh.

Pada minggu kedua bulan Mei lalu, harga CPO penerimaan Juli 2019, kembali menurun hingga RM 1983 atau sekitar US$ 475 per ton, dengan menggunakan kurs 1 US$ = RM 4,17/Dolar Amerika. Kejatuhan harga ini, juga sebagai bagian dari sentimen negatif akan terjadinya perang dagang antara Amerika Serikat dengan Cina, yang berujung kepada pengenaan pajak ekspor bagi produk-produk Cina yang masuk ke pasar Amerika Serikat.

Akibat menurunnya harga CPO, berbagai aktivitas perkebunan banyak mendapatkan hambatan. Berkurangnya pendapatan yang diterima pekebun dari menjual hasil panennya, menjadi pemicu utama dari melesunya aktivitas perkebunan kelapa sawit. Alhasil, hasil panen Tandan Buah Segar (TBS), ikut anjlok di kemudian hari.

Pemilik perkebunan kelapa sawit, baik petani maupun perusahaan perkebunan kelapa sawit, sama-sama tidak bisa melakukan banyak aktivitas perawatan yang menjadi rutinitasnya.

Perawatan kebun dan pemeliharaan pokok tanaman yang membutuhkan dana lumayan besar, cenderung terabaikan saat harga jual CPO terjungkal.

Akibat jatuhnya harga CPO dunia, juga selalu berakibat merosotnya produksi minyak sawit nasional. Lantaran biaya perawatan dan pemeliharaan kebun sawit tak mampu lagi dilakukan.

Baik petani maupun perusahaan perkebunan selalu melakukan pemotongan biaya perawatan dan pemeliharaan, supaya mampu bertahan dalam usahanya.

Salah satu caranya, melalui pengelolaan berkelanjutan, dimana pendapatan dari penjualan hasil panen, bisa didapatkan dari jumlah hasil panen yang selalu bertumbuh. Kendati ada penurunan harga, namun dari hasil panen yang didapat selalu bertumbuh, maka jumlah pendapatan dari hasil panen bisa jadi tetap atau bertambah walaupun sedikit.

Menjaga pasar minyak sawit yang sudah ada, serta membuka berbagai peluang terciptanya pasar baru, juga menjadi kunci keberhasilan bagi minyak sawit Indonesia. Berbagai potensi terciptanya pasar, tentu saja demi kesejahteraan petani sehingga perlu dukungan promosi minyak sawit kepada pasar global, sekaligus dukungan kuat dari Pemerintah Indonesia.

Sebab itu, dibutuhkan strategi jitu dan dukungan bersama untuk menghasilkan minyak sawit berkelanjutan, guna mendorong pertumbuhan konsumsi pasar global. Alhasil, bila memiliki kemampuan mempertahankan pengelolaan secara berkelanjutan, maka ketika harga CPO global jatuh, masih dapat bertahan dari tingginya hasil panen yang didapat atau adanya peluang dari terbukanya pasar baru.

Dikatakan Deputi Menko Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, Musdhalifah Machmud, pihaknya sedang melakukan proses perbaikan tata kelola perkebunan kelapa sawit dengan menerapkan berabagai cara salah satunya dengan memperbaiki pola budidaya yang dilakukan petani  lewat program peremajaan sawit rakyat.

Dimana pogram ini bertujuan selain untuk meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat juga guna melakukan pandataan luasan lahan petani. “Data pekebun saat menjadi penting, dan kami sedang melakukan kerjasama dengan lembaga terkait seperti BIG dan Kementerian terkait,” katanya dalam acara FGD Sawit Berkelanjutan: Diskusi Sawit Bagi Negeri Vol 3 dengan tema “Peluang Pasar Sawit Berkelanjutan Indonesia” yang diadakan majalah InfoSAWIT, Rabu (7/8/2019) di Hotel Akmani, Jakarta.

Lebih lanjut kata Musdhalifah, merujuk informasi dana hibah untuk program peremajaan sawit rakyat hingga tahun 2019, sebanyak 28.276 ha telah mendapatkan Dana PSR, lantas sekitar 39.989 ha proses penyaluran Dana PSR di BPDPKS dan sejumlah 16.960 ha dilakukan verifikasi bertahap melalui Aplikasi PSR.

Selain penerapan peremajaan sawit rakyat, komitmen pemerintah terhadap lingkungan juga dilakukan misalnya dengan penerapan kebijakan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) yang mana semenjak 2011 sampai 2019 realisasi Perkebunan Kelapa Sawit yang tersertifikasi ISPO seluas 4.115.434 ha atau 29,3% dari total lahan Perkebunan Kelapa Sawit 14,3 juta ha. Sedangkan produksi CPO yang telah tersertifikasi ISPO mencapai 11,57 juta ton CPO atau 31% dari total produksi CPO 37,8 juta ton/ha.

Sementara dikatakan Managing Director Sustaiability and Strategic Stakeholder Engagement Golden Agri Resources Ltd, Agus Purnomo, tekanan terhadap sektor perkebunan kelapa sawit bisa dibagi dalam tiga kelompok, pertama dari pemerintah para konsumen minyak sawit salah satunya berupa muculnya kebijakan RED II dari Uni Eropa serta hambatan dagang lainnya.

Lantas dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berupa isu deforestasi, hak asasi manusia dan sosial serta limbah. “Kelompok ketiga datang dari koknsumen berupa isu kesehatan yang kembali dihembuskan,” katanya.

Lebih lanjut kata Agus, namun demikian di beberapa negara mulai muncul kesadaran dalam memproduksi minyak sawit berkelanjutan, seperti inisiasi yang dilakukan India dengan Sustainable Palm Oil Coalition for India (India-SPOC) dan Jepang.

Kondisi demikian membuka peluang dalam pemasaran minyak sawit berkelanjutan, dengan potensi itu kata Agus, pihaknya untuk terus memproduksi komoditas sawit yang berkelanjutan.

Cara yang dilakukan dengan pendekatan bantuan teknis dan insentif keuangan, untuk program peremajaan kebun sawit yang dikelola petani swadaya. “Kami mendukung misi pemerintah Indonesia untuk meremajakan 200,000 ha lahan perkebunan rakyat,” katanya.

Untuk dukungan itu pihak perusahaan menetapkan target dukungan sebesar 17.5% (35,000 ha) dari target tersebut, melalui program peremajaan petani yang berada di sekitar kebun, meningkatkan produktivitas petani sebesar 5-6 ton CPO/ha/tahun, serta menciptakan proses produksi dan konsumsi yang berkelanjutan melalui kerjasama multi pihak (SDG 12 and 17).

 

Tentang Diskusi Sawit Bagi Negeri :

Diskusi Sawit Bagi Negeri merupakan diskusi interaktif para pemangku kepentingan usaha kelapa sawit nasional, yang menghadirkan pembicara sebagai narasumber dari berbagai kalangan, untuk memberikan gambaran utuh mengenai keberadaan minyak sawit. Bertujuan memberikan pemahaman yang benar mengenai keberadaan dan kontribusi minyak sawit, bagi negara, sosial dan lingkungannya.

Diskusi Sawit Bagi Negeri mendapatkan dukungan pendanaan dari BPDP Kelapa Sawit, RSPO, dan Sinarmas dengan mitra strategis Media InfoSAWIT dan Palm Oil Magazine. Diskusi yang merangkul para pemangku kepentingan minyak sawit seperti pemerintah, pelaku usaha, periset, organisasi, aktivis sosial dan lingkungan serta pihak lainnya, untuk berdiskusi membangun minyak sawit Indonesia.

Apabila membutuhkan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami, Ignatius Ery Kurniawan, melalui Handpone WA : 081284832789, email : sawit.magazine@gmail.com

 

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


TOP