Agricom.id, JAKARTA – Smallholder Inclusion for Better Livelihood & Empowerment (SMILE) merupakan inisiatif berkelanjutan yang berfokus pada inklusi yang memberikan dampak positif bagi para petani swadaya. Program ini berhasil menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi petani sawit swadaya, serta memberikan kesempatan kepada para petani untuk meningkatkan taraf hidupnya, dan menarik perhatian petani swadaya lainnya untuk turut berpartisipasi menuju keberlanjutan.
Diungkapkan Director Apical Indonesia Operations, Peter Setiabudi, tantangan keberlanjutan yang dihadapi industri hilir saat ini dimana petani sawit di Indonesia yang berjumlah 2,74 juta kepala keluarga (menurut data BPS tahun 2020) bisa menjadi mitra yang baik untuk perusahaan seperti Apical.
Petani sawit swadaya di industri kelapa sawit menghadapi berbagai tantangan dalam meningkatkan produktivitas karena keterbatasan keahlian dan sumber daya. Tidak seperti petani sawit plasma yang menerima dukungan teknis dan keuangan dari perusahaan, petani swadaya membiayai dan mengelola kebunnya secara independen dan seringkali berjuang untuk bersaing di pasaran. Tanpa akses terhadap sumber yang sama dengan petani plasma, petnai swadaya menghadapi tantangan untuk mendukung biaya operasional dalam mencapai praktik keberlanjutan.
Sementara Director of Sustainability Apical Group, Bremen Yong mengatakan, sejak diluncurkan pada tahun 2020, program SMILE telah memberikan dampak positif bagi kehidupan petani di Indonesia.
“Bagi Apical, sebagai salah satu pengolah minyak sawit terbesar, ketertelusuran, sertifikasi, serta rantai pasok yang ramah lingkungan merupakan hal yang penting bagi industri ini. Program ini telah memberikan manfaat untuk semua orang, dan untuk Apical, melalui program ini, kami yakin bahwa kami dapat memperoleh minyak sawit yang bersertifikat,”katanya saat membuka acara Buka Bersama awak media yang dihadiri Agricom.id, Senin (3/4/2023) di Jakarta.
Berita Terkait : Apical - Cepsa, Bangun Pabrik Biofuel G2 Terbesar di Eropa Selatan
Merujuk catatan, pada tahun 2022, Program SMILE telah berhasil mengaudit dan mensertifikasi sebanyak 390 petani sawit swadaya yang terdiri dari 239 petani sawit berasal dari Sumatera Utara dan 151 petani sawit berasal dari Jambi. Pencapaian ini merupakan salah satu wujud komitmen program dalam mempromosikan praktik perkebunan berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Melalui proses audit dan sertifikasi yang ketat, program ini memastikan bahwa petani sawit swadaya memenuhi standar kualitas dan keberlanjutanDengan demikian, program ini juga turut membantu melindungi lingkungan, mendukung komunitas lokal, dan mempromosikan praktik bisnis berkelanjutan.
Salah satu petani yang telah merasakan manfaat dari program tersebut adalah Khairul Anam, Ketua Koperasi Konsumen Tebing Tinggi Pangkatan Sejahtera (KKTTPS), Desa Tebing Tinggi, Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara, yang mengatakan, “Saya mengucapkan terima kasih kepada program SMILE yang telah membantu kami. Melalui program ini, kami telah menerima edukasi dan pelatihan budidaya kelapa sawit dan solusi keberlanjutan dalam memperoleh sertifikasi RSPO, serta menerima premi setelah sertifikasi RSPO tercapai.” Ia menambahkan, “Saya berharap melalui kerja sama ini, kita dapat terus berkembang dan mendorong lebih banyak petani untuk bergabung dalam program SMILE.”
Bagi Khairul Anam, program ini membawa banyak manfaat sejak ia menerima sertifikasi RSPO pertamanya pada tahun 2022, yaitu produktivitas kebun yang lebih baik, praktik pengelolaan perkebunan yang lebih baik, pasokan yang konsisten, serta menjadikannya turut terlibat membantu melindungi lingkungan, untuk meningkatkan taraf hidupnya. Keberhasilan fase pertama ini juga telah membantu KKTTPS mendapatkan fasilitas yang lebih baik, yang juga membuat lebih banyak petani swadaya lainnya tertarik untuk bergabung dengan program ini
Menurut Head of Sustainability Asian Agri, Ivan Novrizaldie, Kolaborasi adalah kunci untuk membangun inklusi petani, oleh karena itu melalui kerja sama yang terjalin melalui program SMILE, kami berupaya untuk meningkatkan taraf hidup petani swadaya di Indonesia. "Kami percaya bahwa dengan berkolaborasi, kami dapat membuat perbedaan nyata dalam kehidupan para petani dan keluarga mereka,” ujarnya.
SMILE merupakan bagian dari komitmen keberlanjutan Asian Agri dan Apical; Asian Agri 2030 dan Apical2030,yang mana pada Asian Agri 2030 termasuk dalam pilar 1 Kemitraan dengan Petani yang salah satu targetnya yakni 5.000 petani swadaya mendapatkan sertifikat RSPO, sedangkan pada Apical2030, program SMILE termasuk dalam pilar ke-4 Kemajuan Inklusif yang memiliki target mendukung 5.000 petani swadaya untuk mencapai sertifikasi di tahun 2030.
Tentang Apical
Apical adalah pengolah minyak nabati terkemuka dengan jejak global yang berkembang. Proses pengolahan mid-stream yang terintegrasi secara vertikal dan dan pemrosesan hilir dengan nilai tambah menjadikan kami sebagai pemasok integral yang mendukung kebutuhan pangan, pakan ternak, oleokimia dan bahan bakar yang dibutuhkan oleh setiap industri.
Hingga saat ini, dengan aset terintegrasi di lokasi yang strategis mencakup Indonesia, Cina, dan Spanyol, Apical mengoperasikan sejumlah kilang, pabrik oleokimia, pabrik biodiesel, dan pabrik penghancur kernel. Melalui usaha patungan, Apical juga memiliki operasi pemrosesan dan distribusi di Brasil, India, Pakistan, Filipina, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat dan Vietnam.
Pertumbuhan Apical dibangun di atas fondasi keberlanjutan dan transparansi, serta dimotivasi oleh keyakinan kuat bahwa kami dapat membuat dampak yang lebih berarti bahkan pada saat kami terus mengembangkan bisnis kami dan memberikan solusi inovatif kepada pelanggan kami.
Tentang Asian Agri
Asian Agri merupakan salah satu perusahaan swasta nasional terkemuka di Indonesia yang memproduksi minyak sawit mentah (CPO) sejak tahun 1979. Hingga kini Asian Agri mengelola 100.000 hektar kebun kelapa sawit dan mempekerjakan lebih dari 20.000 orang.
Sebagai perintis program Pemerintah Indonesia Perkebunan Inti Rakyat Transmigrasi (PIR-Trans), Asian Agri telah bermitra dengan 30.000 petani plasma di Riau dan Jambi yang mengelola 60.000 hektar kebun kelapa sawit, serta membina kemitraan dengan petani swadaya untuk membawa dampak positif terhadap kesejahteraan dan peningkatan ekonomi petani.
Dengan menerapkan kebijakan tanpa bakar dan praktik pengelolaan kebun secara berkelanjutan, Asian Agri membantu petani mitra untuk meningkatkan produktivitas, hasil panen, kemamputelusuran rantai pasok, sekaligus mendukung mereka memperoleh sertifikasi. Pabrik Asian Agri menerapkan teknologi terbaik memanfaatkan energi hijau yang dihasilkan secara mandiri, dalam rangka meminimalisasi emisi gas rumah kaca.
Seluruh unit bisnis dalam naungan Asian Agri telah memperoleh sertifikat ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil). Saat ini perkebunan inti Asian Agri di Provinsi Sumatera Utara, Riau & Jambi serta perkebunan petani plasma di Provinsi Riau & Jambi telah 100% bersertifikat RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil). Pada saat yang sama, ISCC (International Sustainability & Carbon Certification) telah dicapai oleh seluruh kebun baik yang dimiliki oleh Asian Agri maupun petani binaannya.
Keberhasilan Asian Agri menjadi salah satu perusahaan produsen CPO terkemuka telah diakui secara internasional dengan sertifikasi ISO 14001 untuk semua operasinya. Learning Institute di Pelalawan, Riau, serta pusat pembibitan di Kampar, Riau, juga telah bersertifikat ISO 9001. Selain itu, pusat penelitian dan pengembangan Asian Agri di Tebing Tinggi juga telah memperoleh sertifikasi oleh International Plant - Analytical Exchange di lab WEPAL di Wageningen University di Belanda, untuk standar yang tinggi. (T4)