Agricom, JAKARTA - Dalam rentang waktu empat tahun terakhir (2014-2018), peran sektor agribisnis dalam perekonomian nasional semakin besar. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Agribisnis dinilai semakin menguat dilihat dari laju pertumbuhan pada kuartal II 2018 mencapai 4,76% melonjak dari 3,23% pada kuartal yang sama di 2017.
“Penguatan tersebut beralasan karena dua hal utama, yaitu puncak panen raya padi terjadi pada Maret 2018 dan cuaca yang lebih kondusif dibanding 2017 menyebabkan produksi sayur dan buah meningkat,” kata Kepala Biro Perencanaan Setjen Kementerian Pertanian, Abdul Basit, beberapa waktu lalu.
Basit mengatakan, pada 2018 produksi komoditas strategis meningkat 1,4-6,9% dibandingkan 2017, khusus kedelai yang peningkatannya sangat besar. “Pada 2018 produksi kedelai 0,98 juta ton atau naik 81,5% dibanding 2017 sebesar 0,54 juta ton,” ujarnya seperti dikutip swadayaonline.
Dirinya menyampaikan, beberapa program dan kegiatan pembangunan pangan dan pertanian tidak saja berdampak pada peningkatan produksi komoditas pangan dan pertanian strategis, namun juga mampu meningkatkan ekspor dan investasi, menurunkan inflasi, mengurangi kemiskinan, meningkatkan nilai tukar petani dan nilai tukar usaha pertanian, serta PDB sektor pertanian.
Hal tersebut dapat dilihat dari inflasi 10,57% (2014) turun 88,9% menjadi 1,26% (2017), investasi pertanian melonjak dari Rp 29,3 triliun (2013) menjadi Rp 61,6 triliun (2018) naik 110,2%, kemudian ekspor pertanian naik signifikan dari Rp 384,89 triliun (2016) menjadi Rp 499,3 triliun (2018) atau naik 29,7%, lalu PDB sektor pertanian dari Rp 994,78 triliun (2013) menjadi Rp 1.463,92 triliun (2018), meningkat Rp 469,14 triliun atau 47,2%.
Sementara itu, dari perspektif pengurangan kemiskinan, jumlah penduduk miskin pedesaan turun 10,88% dari 17,74 juta jiwa pada Maret 2013 menjadi 15,81 juta jiwa pada Maret 2018. (A2)