AGRICOM, JAKARTA - Hilirisasi komoditas perkebunan menjadi salah satu strategi kunci dalam meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk-produk perkebunan Indonesia di pasar global. Dengan kekayaan alam yang melimpah, terutama pada sektor perkebunan seperti kelapa sawit, kakao, kopi, teh, karet, dan nilam.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam industri pengolahan dan produk turunan berbasis komoditas perkebunan, saat diacara BNI Investor Daily Summit 2024, di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (8/10/2024).
Proses hilirisasi, yang mencakup pengolahan lebih lanjut produk mentah menjadi produk bernilai lebih tinggi, diharapkan tidak hanya meningkatkan pendapatan nasional, tetapi juga mendorong kesejahteraan petani, membuka lapangan kerja, dan meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.
BACA JUGA:
- Harga Karet Kering Sicom Naik Rp 279 pada Senin 7 Oktober 2024
- Ini dia Hejo, Cafe Kopi Khas Indonesia Pertama di Belanda dengan Konsep Berkelanjutan
"Yang berkaitan dengan pertanian, kelautan, pangan semuanya harus didorong dengan hilirisasi, agar ada nilai tambah. Jadi, kopi, kakao, lada, dan nilam jangan diekspor mentahan (raw material)," jelas Jokowi dari informasi yang diterima Agricom.id.
Lebih lanjut Presiden Jokowi mengatakan, lahan perkebunan juga harus dikembangkan, diremajakan, diperluas dan industri yang sudah ada juga harus dikembangkan. Komoditas-komoditas unggulan bisa dijadikan produk makanan, kosmetik, minuman, dan lainnya.
Presiden Jokowi tak mengatakan akan melarang ekspor komoditas tersebut. Namun menurutnya perlu ada sedikit dorongan agar komoditas itu bisa berkurang ekspor dengan bentuk bahan mentahnya. "Memang harus ada sedikit dipaksakan dan jangan dibiarkan. Dipaksa, berhenti ya berhenti, dengan segala risikonya," ungkap Jokowi. (A3)