PTPN IV PalmCo Targetkan Peremajaan Sawit Rakyat 22 Ribu Hektare Tahun Ini


AGRICOM, JAKARTA – PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV PalmCo menegaskan komitmennya dalam mendukung program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Sepanjang tahun 2025, perusahaan menargetkan 22 ribu hektar kebun petani mitra bisa ikut serta dalam program ini, naik dua kali lipat dibandingkan pencapaian semester I yang baru menyentuh 11 ribu hektar.

“Target kita hingga Desember nanti mencapai 22 ribu hektar. Harapannya, sampai 2029 PalmCo bisa membantu peremajaan hingga 86 ribu hektar kebun sawit rakyat,” kata Direktur Utama PTPN IV PalmCo, Jatmiko Santosa, dalam keterangan resmi.

BACA JUGA: 

- Harga CPO KPBN Inacom Naik Jadi Rp14.650 Per Kg pada Selasa (2/9), Pasar Sawit Menggeliat Lagi

- POPSI Desak Kemitraan Adil dan Reboisasi Sawit Ilegal

Menurut Jatmiko, penguatan PSR sangat penting untuk meningkatkan daya saing industri sawit nasional. Produktivitas kebun sawit rakyat saat ini masih rendah, hanya sekitar 2–3 ton CPO per hektare per tahun. Padahal, potensi sebenarnya bisa lebih tinggi dengan peremajaan dan penggunaan bibit unggul.

Ada tiga kunci percepatan PSR, lanjut Jatmiko yakni program relaksasi syarat, penyelesaian persoalan lahan sawit di kawasan, serta jaminan distribusi bibit unggul. “Ketiga hal ini sangat penting untuk mengakselerasi PSR kita,” ujarnya.

Meski CPO masih menjadi minyak nabati terbesar di dunia dari produksi dan konsumsi, Jatmiko menyoroti stagnasi produktivitas global. Kondisi semakin menantang karena harga CPO yang dulu lebih murah dari minyak rapeseed, kini justru lebih tinggi.

“Kita sering sesumbar CPO paling produktif dan kompetitif. Tapi saat ini situasinya berbeda. Jika terlena, kita bisa tergilas,” tegasnya.

Selain PSR, ketersediaan bibit sawit unggul menjadi faktor penting. Petani rakyat yang menguasai sebagian besar luasan kebun Indonesia membutuhkan bibit berkualitas tinggi. Saat ini, produksi bibit sawit bersertifikat dari 20 produsen resmi mencapai 4,1 juta bibit, sedangkan produksi kecambah sudah 241 juta. Jumlah tersebut melebihi perkiraan kebutuhan 2025 yang berada di angka 151 juta.

Namun, Jatmiko menekankan perlawanannya pada kualitas varietas. “Yang kami butuhkan bukan hanya jumlah, tapi juga bibit dengan produktivitas mumpuni,” jelasnya.

Kebutuhan CPO untuk Energi dan Pangan

PalmCo melihat peningkatan produktivitas nasional semakin penting seiring penerapan kebijakan energi berbasis sawit. Pada tahun 2027, Indonesia menargetkan penerapan B50, atau pencampuran 50 persen biodiesel dari CPO.

Dengan kebijakan B35 saja, kebutuhan biodiesel diperkirakan mencapai 13,15 juta kiloliter. Jika beralih ke B50, alokasi tambahan bisa mencapai 6,7 juta kiloliter biodiesel, setara dengan 7,2 juta ton CPO.

“Kita harus memastikan tambahan kebutuhan ini tidak mengganggu pasokan pangan. Jadi peningkatan produksi CPO nasional adalah suatu keharusan,” tegas Jatmiko.

Komitmen pada ESG

Di tengah berbagai tantangan global, PalmCo menekankan bahwa komitmen terhadap prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) menjadi kunci menjaga daya saing industri sawit Indonesia.

“Penerapan ESG adalah jawaban terbaik untuk mengatasi isu permintaan yang selalu mengiringi industri ini,” pungkas Jatmiko. (A3)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


TOP