Petani Kakao Lombok Timur Andalkan Agrowisata di Tengah Harga Anjlok

Petani Kakao Lombok Timur Andalkan Agrowisata di Tengah Harga Anjlok
Agricom.id

03 November 2025 , 07:06 WIB

Sanusi Ardi Wiranata, Ketua Kelompok Tani Kakao di Desa Bebidas, menjelaskan bahwa selama ini para petani hanya menjual biji kakao kering secara konvensional kepada pengepul. Foto: KBRN RRI

 

AGRICOM, LOMBOK TIMUR — Petani kakao di Kecamatan Wanasaba, Kabupaten Lombok Timur, kini tengah menghadapi tantangan berat. Harga biji kakao kering yang sebelumnya mencapai Rp100.000 per kilogram dan tajam menjadi hanya Rp40.000–Rp50.000 per kilogram. Kondisi tersebut diperparah dengan keterbatasan sumber daya manusia (SDM) dan minimnya peralatan pengolahan, sehingga petani belum mampu meningkatkan nilai tambah dari hasil panen mereka.

Sanusi Ardi Wiranata, Ketua Kelompok Tani Kakao di Desa Bebidas, menjelaskan bahwa selama ini para petani hanya menjual biji kakao kering secara konvensional kepada pengepul. Padahal, potensi lahan kakao di wilayahnya cukup luas, mencapai lebih dari 50 hektar.

“Kami kekurangan SDM, dan kendala lainnya pada peralatan, terutama untuk pengolahan hasil panen,” ujar Sanusi, Senin (20/10/2025).

BACA JUGA: 

- Kakao Jembrana Tembus Pasar Eropa dan Asia, Koperasi KSS Catat Sejarah Ekspor Terbesar

- Harga Referensi Biji Kakao Periode November 2025 Turun 14,53 Persen, Dipicu Peningkatan Produksi di Negara Produsen Utama

Ia menambahkan, penurunan harga kakao tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi lokal, tetapi juga oleh faktor eksternal seperti perubahan iklim dan fluktuasi pasar global. Cuaca yang tidak menentu membuat kualitas biji kakao menurun, sehingga berdampak langsung pada harga di tingkat petani.

“Perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap kualitas biji kakao. Selain itu, harga di pasar global juga sedang turun, dan itu berimbas ke kami di tingkat petani,” ujarnya, dikutip Agricom.id dari KBRN RRI.

Meski demikian, Sanusi tetap optimis terhadap prospek kakao di masa depan. Ia menyebutkan bahwa tanaman kakao di desanya berbuah sepanjang tahun dan bisa dipanen setiap minggu. “Kalau harganya stabil di atas Rp100.000 per kilogram, kakao ini sangat menjanjikan karena bisa dipanen secara rutin setiap minggu,” katanya penuh harap.

Di tengah keterbatasan, kelompok tani yang dipimpinnya mencari solusi alternatif dengan mengembangkan agrowisata kakao . Lahan seluas lebih dari dua hektar kini rutin dikunjungi wisatawan asing dari berbagai negara yang tertarik mempelajari proses budidaya dan pengolahan kakao.

“Potensi kakao ini tidak hanya dari bijinya, tapi juga bisa dikembangkan menjadi destinasi agrowisata,” jelas Sanusi.

Promosi dilakukan secara sederhana melalui Google Maps, namun hasilnya cukup menggembirakan. Dalam satu minggu, kebun mereka bisa menerima dua hingga tiga kunjungan wisatawan, baik individu maupun rombongan.

“Wisatawan biasanya datang dari Bali, ingin melihat langsung pohon dan buah kakao. Mereka senang karena bisa belajar memilih biji yang baik, mengenal proses fermentasi, hingga membuat minuman cokelat seperti kopi,” tutur Sanusi.

Para wisatawan juga antusias melihat buah kakao berwarna-warni yang tumbuh langsung di pohon. “Bagi mereka ini pengalaman baru. Mereka tahu cokelat, tapi tidak tahu kalau asal dari buah seperti ini,” ujarnya sambil tersenyum.

Ke depan, Sanusi berharap pemerintah daerah memberikan dukungan lebih bagi petani kakao, tidak hanya dalam bentuk bantuan bibit atau pestisida, tetapi juga pelatihan dan penyediaan peralatan pengolahan.

“Kami sangat berharap ada intervensi pemerintah daerah, terutama pelatihan dan bantuan peralatan agar kakao kami bisa diolah menjadi produk bernilai tinggi dan menarik bagi wisatawan,” ujarnya.

Saat ini, petani di Desa Bebidas baru mampu mengolah biji kakao menjadi minuman cokelat sederhana untuk disajikan kepada pengunjung. Namun, mereka optimistis dengan pendampingan dan pelatihan yang tepat, kakao Lombok Timur berpotensi menjadi produk unggulan yang tidak hanya menghidupi petani, tetapi juga memperkuat pariwisata berbasis pertanian di daerah tersebut. ( A3)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


TOP