Kementan Tingkatkan POPT Perkebunan untuk Reduksi Kerugian Akibat Serangan OPT

Kementan Tingkatkan POPT Perkebunan untuk Reduksi Kerugian Akibat Serangan OPT
Dok. Humas Ditjenbun

15 April 2024 , 09:46 WIB

AGRICOM, BOGOR - Permintaan global terhadap kelapa terus meningkat karena semua bagian dari tanaman ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan dapat dimanfaatkan secara luas.

Di Indonesia, perkebunan kelapa didominasi oleh perkebunan rakyat sebesar 98,93%. Namun, pengembangan perkebunan ini tidaklah mudah dan dihadapkan pada berbagai tantangan. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti kumbang tanduk/badak (Oryctes rhinoceros), kumbang janur (Brontispa longissima), belalang Sexava spp., dan ulat daun Artona catoxantha. Selain itu, perkebunan kelapa juga menghadapi cekaman iklim ekstrim.

Untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebunan aktif dalam membina dan memberikan bantuan kepada para petani untuk menjaga produksi dan produktivitas kelapa.

“Diperlukan peran aktif pemerintah untuk mendorong kesadaran dan kepedulian serta keikutsertaan pekebun dalam melakukan pengendalian OPT di kebunnya,” ujar Andi Nur Alam Syah Direktur Jenderal Perkebunan, dikutip Agricom dari laman Kementan.

Baca juga: Demi Amankan Pangan Nasional Kementan Percepat OPLA di Kalteng

Andi Nur menekankan, tantangan terkait OPT wajib diselesaikan dan dikendalikan secara tepat dengan sinergi dari semua pihak. “Untuk suksesnya program perkebunan, saya sangat mengharapkan dukungan dari seluruh pihak terkait, karena perlindungan perkebunan mempunyai peranan sangat besar terutama dalam pengawalan/penyelamatan tanaman dari serangan OPT,” ujarnya.

Menurut Andi Nur, pentingnya kehadiran petugas POPT, untuk lakukan pendampingan dan pembinaan pekebun agar bisa memberikan solusi tepat guna bagi kendala dilapangan. Untuk itu dibutuhkan pemahaman dan kapabilitas para petugas teknis, khususnya POPT di bidang pengendalian OPT Tanaman Kelapa.

Demi wujudkan hal tersebut, Direktorat Jenderal Perkebunan gandeng Pakar dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), gelar Bimbingan Teknis Peningkatan Kapabilitas Penanganan OPT Tanaman Kelapa, beberapa waktu lalu.

Para POPT dibekali dengan Implementasi Good Agricultural Practices (GAP) budidaya tanaman kelapa, Teknologi Pengamatan dan Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman Kelapa, hingga Praktik Pengamatan dan Pengendalian OPT pada Tanaman Kelapa, yang dilakukan di Kebun Kelapa Kopyor PPKS Unit Bogor.

Mewakili Direktur Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan, Dedy Aminata mengatakan, untuk meminimalkan kehilangan hasil akibat serangan OPT, perlu dilakukan pengendalian OPT tanaman kelapa secara berkelanjutan. “Pengendalian dilakukan agar luas areal terserang OPT menurun, dan diharapkan petugas POPT dapat memantau dan melaporkan keadaan serangan secara rutin,” ujarnya.

Lebih lanjut Dedy mengatakan, “Diharapkan kedepannya petugas POPT lebih meningkatkan kinerja dan semakin tanggap dalam mencegah maupun mengendalikan OPT, sehingga bisa memberikan solusi strategis bagi kendala yang dihadapi pekebun saat mengelola kebunnya, dan bantu pekebun tingkatkan produktivitas serta kualitas tanaman kelapa Indonesia terus terjaga,” ujarnya. (A3)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


TOP