Limbah Batang Kelapa Disulap Jadi Kerajinan Bernilai Ekspor di Sabang


AGRICOM, SABANG – Batang kelapa tua yang dulu dianggap limbah kini menjelma menjadi sumber penghasilan bernilai tinggi bagi para perajin di Kota Sabang. Di tangan kreatif para pengrajin binaan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Sabang, potongan kayu kelapa berumur di atas 40 tahun diolah menjadi berbagai produk menarik yang diminati hingga ke pasar mancanegara.

Adalah Kudus Nazardy, pembimbing perajin kelapa di Dekranas Sabang, yang sejak 2002 merintis usaha ini bersama timnya. Ia bersama para pengrajin memanfaatkan batang kelapa berkualitas untuk menghasilkan beragam karya, mulai dari tempat tisu, asbak rokok, cobek, hingga hiasan bunga. Harga produknya pun bervariasi, dari Rp15 ribu hingga jutaan rupiah, tergantung bahan dan tingkat kerumitan.

“Kami punya tim dengan spesialisasi berbeda. Ada yang ahli menyiapkan bahan, ada yang mengerjakan bubutan, dan ada juga yang fokus pada finishing. Semua berjalan dalam kerja sama tim,” ujar Kudus, dikutip Agricom.id dari KBRN RRI, Senin (18/8/2025).

BACA JUGA: 

- Belitung Timur Gagas Investasi Perkebunan Kelapa 2.165 Hektare

- Bank Tanah Dorong Pemanfaatan Lahan untuk Kembangkan Kakao di Sulteng

Proses pembuatan setiap produk disesuaikan dengan jenis dan desain yang diinginkan. Berkat bantuan mesin, produksi kini semakin efisien. Misalnya, untuk produk tempat tisu, para pengrajin mampu membuat hingga 15 unit per minggu, jauh lebih banyak dibanding sebelumnya yang hanya beberapa unit per hari.

Bahan baku sendiri diperoleh dari pengumpul kayu kelapa di Sabang. Dari satu pohon kelapa, biasanya hanya sekitar tiga meter batang yang bisa dimanfaatkan. “Kalau menebang sendiri biayanya jauh lebih besar, jadi kami ambil dari pengumpul,” jelas Kudus.

Meski kerajinan kayu kelapa kerap diburu wisatawan asing, Kudus mengakui masih ada tantangan dalam menembus pasar ekspor. Salah satu kendala terbesar adalah kemasan produk yang belum memenuhi standar internasional. “Wisatawan asing suka sekali, tapi karena kemasan belum memadai, sulit menjual secara luas ke luar negeri,” katanya.

Namun, keterbatasan itu tidak menyurutkan semangat para perajin Sabang. Kudus dan timnya terus berinovasi, mengembangkan desain, dan menjaga kualitas produk. Mereka juga berharap adanya dukungan dari berbagai pihak agar kerajinan kayu kelapa dapat berkembang lebih besar lagi dan menjadi ikon khas Sabang yang dikenal hingga ke mancanegara. (A3)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


TOP