Kementan menanam kelapa genjah di Bantul sebagai bagian dari program hilirisasi perkebunan. Langkah ini tidak sekadar menanam pohon, namun menumbuhkan harapan—mendorong nilai tambah, membuka lapangan kerja, dan memperkuat perekonomian petani dari hulu hingga hilir. Foto: Humas Ditjenbun
AGRICOM, BANTUL — Langkah nyata memperkuat hilirisasi perkebunan terus dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan). Melalui Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementan menggelar Tanam Perdana Kelapa Genjah di Kelompok Tani Bumi Mukti, Dusun Srungo II, Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (5/11/2025).
Kegiatan ini menjadi bagian dari Program Hilirisasi Perkebunan yang digagas untuk meningkatkan nilai tambah hasil perkebunan sekaligus memperkuat kemandirian ekonomi petani melalui pembangunan kawasan terpadu dari hulu hingga hilir.
Menurut Hendratmojo Bagus Hudoro , Direktur Pelindungan Perkebunan yang hadir mewakili Plt. Dirjen Perkebunan, subsektor perkebunan memiliki peran besar dalam perekonomian nasional, terutama sebagai penyerap tenaga kerja dan penggerak ekonomi pedesaan. Namun, ia menilai masih banyak hasil perkebunan yang dijual dalam bentuk bahan mentah.
BACA JUGA: Kementan Genjot Swasembada Gula dan Nilai Tambah Petani Lampung
“Hilirisasi adalah langkah konkret agar nilai tambah dinikmati langsung oleh petani. Dengan adanya fasilitas pengolahan di kawasan produksi, rantai pasok jadi lebih efisien dan kesejahteraan petani meningkat,” jelas Bagus, dikutip Agricom.id dari laman Ditjenbun.
Kementan saat ini fokus menjalankan Program Hilirisasi tujuh komoditas unggulan : kelapa, kopi, kakao, lada, pala, tebu, dan jambu mete. Untuk kelapa, pemerintah menargetkan pengembangan kawasan seluas 221.890 hektar secara nasional hingga tahun 2027 . Tahun 2025, program dimulai di tiga provinsi dengan luas total 3.615 hektar—termasuk DIY yang mendapat alokasi di Bantul (123 ha), Kulon Progo (127 ha), dan Sleman (100 ha).
Kelapa genjah dipilih karena unggul dalam produktivitas, cepat berbuah, dan memiliki potensi pasar yang luas.
“Kelapa genjah cocok untuk wilayah Yogyakarta. Selain untuk pangan, bisa dikembangkan untuk pariwisata dan ekonomi kreatif—mulai dari minuman segar, santan, tepung kelapa, hingga produk turunan berbasis air kelapa,” terang Bagus.
BACA JUGA: DPRA Usul Pembangunan Pelabuhan Ekspor CPO untuk Meningkatkan PAD Aceh
Pemerintah juga tengah menyiapkan 20 pabrik pengolahan kelapa di berbagai sentra produksi nasional. Langkah ini diharapkan memperkuat industri hilir sekaligus membuka peluang kerja baru di desa-desa.
“Program ini perlu sinergi. Pemerintah pusat, daerah, pelaku usaha, dan petani harus jalan bersama agar manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat,” tambahnya.
Dukungan penuh datang dari Bupati Bantul Abdul Halim Muslih , yang optimistis pengembangan kelapa genjah akan membuka sumber ekonomi baru di daerahnya.
“Ini sejalan dengan prioritas daerah dalam memperkuat sektor pertanian dan perkebunan sebagai tulang punggung ekonomi masyarakat. Kami yakin, kelapa genjah bisa menjadi komoditas unggulan baru Bantul,” ujarnya.
Sementara itu, Plt. Dirjen Perkebunan Abdul Roni Angkat menilai kegiatan ini menjadi langkah awal transformasi sistem perkelapaan menuju perkebunan modern, berkelanjutan, dan bernilai tambah tinggi.
“Melalui kolaborasi lintas pihak, program ini akan memperkuat ketahanan ekonomi daerah dan membawa dampak nyata bagi kesejahteraan petani,” ujarnya.
Arahan tersebut sejalan dengan visi Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman , yang menekankan pentingnya membangun rantai pasok utuh dari hulu hingga hilir.
“Dengan memperkuat industri pengolahan di tingkat kawasan, petani tak lagi menjual bahan mentah. Mereka bisa menikmati manfaat ekonomi dari produk turunannya. Pemerintah akan terus mendorong kolaborasi dan penguatan kelembagaan petani agar transformasi ini benar-benar berkelanjutan,” tegas Mentan Amran. (A3)