AGRICOM, JAKARTA – Di tengah tantangan global dan tekanan historis di sektor perkebunan, Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) berhasil bangkit dan memperkuat daya saingnya melalui transformasi bisnis yang agresif dan terukur. Sejak 2020, langkah-langkah perombakan menyeluruh yang dilakukan telah membuahkan hasil nyata dalam bentuk pertumbuhan finansial dan kinerja operasional yang signifikan.
Direktur Utama PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani, menegaskan bahwa transformasi bukan sekadar strategi sesaat, tetapi fondasi utama bagi keberlangsungan dan kemajuan perusahaan. “Kami menyusun ulang struktur bisnis, menyederhanakan organisasi, dan berfokus pada efisiensi. Ini membalikkan posisi PTPN dari tertekan menjadi tumbuh dan kompetitif,” ujar Abdul Ghani dikutip Agricom.id dari laman PTPN Holding.
BACA JUGA: Kolaborasi PTPN dan DPR Dorong Perkebunan sebagai Motor Pelestarian Lingkungan
Langkah besar dilakukan pada periode 2021–2024 dengan konsolidasi 13 anak perusahaan menjadi 3 subholding:
- PTPN I (Supporting Co): mendukung proses hulu ke hilir,
- PTPN IV (Palm Co): fokus pada komoditas kelapa sawit,
- PT Sinergi Gula Nusantara (Sugar Co): memperkuat sektor gula nasional.
Transformasi ini tidak hanya berdampak pada struktur, tetapi juga menghasilkan efisiensi operasional dan peningkatan kontrol keuangan yang lebih ketat. Inisiatif jangka panjang seperti dukungan terhadap ketahanan pangan dan transisi energi hijau turut memperkuat peran strategis PTPN dalam pembangunan nasional.
Keberhasilan transformasi tersebut tercermin dari capaian kinerja. Di awal 2025, PTPN Group membukukan laba bersih Rp705 miliar, melonjak lebih dari 1.000% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kinerja seluruh subholding menunjukkan hasil positif, menandakan sinergi dan fokus bisnis telah berada di jalur yang tepat.
Kinerja positif juga tercermin dalam lonjakan penjualan komoditas utama:
- CPO: Penjualan mencapai Rp8,2 triliun (114% dari RKAP), dengan harga jual meningkat ke Rp14.500/kg (120% dari RKAP).
- Gula: Mencapai Rp1,09 triliun (137% dari RKAP), didukung volume penjualan 69 ribu ton (295% dari target) dan harga jual Rp15.559/kg (107% dari RKAP).
Pengakuan eksternal terhadap kinerja PTPN pun meningkat. Lembaga pemeringkat Pefindo memberikan peringkat “idA/Stable” untuk periode April 2025–April 2026—peningkatan dari tahun sebelumnya—sebagai bukti ketahanan dan prospek perusahaan yang terus membaik.
“Transformasi ini bukan akhir, melainkan awal dari penguatan berkelanjutan. PTPN akan terus melaju sebagai pemain strategis di industri perkebunan nasional,” ujar Ghani.
Dampak Transformasi Menyeluruh
Berbagai capaian positif itu tidak lepas dari implementasi transformasi menyeluruh di tubuh Holding Perkebunan Nusantara, termasuk restrukturisasi organisasi, penerapan teknologi digital, dan komitmen terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Transformasi tersebut tidak hanya meningkatkan kinerja keuangan, tetapi juga memperkuat posisi perusahaan sebagai pemain utama dalam industri perkebunan nasional bahkan global.
Ghani menambahkan bahwa transformasi juga mencakup integrasi proses digital, tata kelola perusahaan yang lebih baik, serta peningkatan kapabilitas SDM. Hal ini membawa dampak langsung terhadap daya saing dan kinerja jangka panjang perusahaan. “Dengan portofolio yang lebih ramping, fokus, dan bernilai, PTPN siap menjadi pemain utama di industri perkebunan dan agroindustri global yang modern dan berdaya saing tinggi,” tambahnya.
PTPN Group berkomitmen untuk terus memperkuat peran strategis sebagai korporasi agribisnis nasional. Perusahaan tidak hanya berkontribusi pada peningkatan nilai ekonomi, tetapi juga mendukung agenda nasional meliputi : memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan berkualitas dan berkeadlian, mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan, membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim melalui transformasi berkelanjutan. (A3)