Kopi Arabika Kian Mendunia, PTPN Optimistis Produksi dan Ekspor Tembus Rekor


AGRICOM, JAKARTA — Di tengah tantangan global, termasuk kebijakan tarif resiprokal dari Amerika Serikat, kopi arabika Indonesia terus menunjukkan taringnya di pasar internasional. Salah satu buktinya datang dari Java Coffee Estate (JCE), perkebunan kopi yang dikelola melalui kerja sama operasi antara dua subholding PTPN III (Persero): PTPN IV PalmCo dan PTPN I SupportingCo.

Selama kuartal pertama tahun 2025, JCE berhasil mengekspor 127 ton kopi arabika ke berbagai negara. Inggris tercatat sebagai pengimpor terbesar dengan volume 54 ton senilai Rp6,5 miliar, disusul oleh Amerika Serikat sebanyak 36 ton (Rp4,3 miliar), dan gabungan Arab Saudi dan Norwegia dengan total 38,4 ton (Rp4,5 miliar).

Direktur Utama PTPN IV PalmCo, Jatmiko Santosa, menyampaikan optimisme tinggi bahwa tren ekspor ini akan terus meningkat, seiring peningkatan kualitas dan komitmen pada standar keberlanjutan global seperti Rainforest Alliance (RA) dan European Union Deforestation Regulation (EUDR).

BACA JUGA: PTPN I Bersama BKKBN Perkuat Aksi Cegah Stunting di Bandung Selatan

“Tahun 2024 kita ekspor 600 ton kopi ke Eropa, Asia, dan Amerika. Tahun ini, kami targetkan ekspor kopi specialty JCE terus tumbuh melalui program strategis seperti replanting, sertifikasi, pemanfaatan teknologi, dan adaptasi regulasi global,” ujar Jatmiko, dikutip Agricom.id dari laman resmi PTPN

Hasil ekspor turut mendongkrak kinerja keuangan JCE. Sepanjang Januari–April 2025, JCE membukukan laba bersih Rp6,51 miliar, dan ditargetkan mencapai Rp33,36 miliar hingga akhir tahun — naik dari Rp32 miliar pada 2024.

Untuk mencapai target tersebut, PalmCo terus menjalankan program intensifikasi kebun kopi, termasuk replanting yang dimulai sejak 2021. Hingga akhir 2024, sekitar 1.200 hektare (atau 80% dari target 1.500 hektare) telah diremajakan menggunakan bibit unggul.

“Replanting ini bukan hanya soal produksi, tapi juga soal memperpanjang siklus hidup tanaman kopi dan menjaga kejayaan kopi Jawa di pasar dunia,” jelas Jatmiko. Ia menambahkan bahwa seluruh lahan JCE kini dikelola dengan pendekatan modern berbasis data untuk memastikan kualitas optimal per hektare.

BACA JUGA: Stok Beras Tertinggi dalam 57 Tahun, Kinerja Mentan Amran Diganjar Apresiasi Komisi IV DPR RI

Pada 2025 ini, JCE menargetkan produksi tertinggi dalam sejarahnya: 1.182 ton kopi. Target ini tak lepas dari fondasi kuat yang dibangun sejak 2022 melalui kerja sama operasi (KSO) antara PTPN IV PalmCo dan PTPN I SupportingCo, mencakup 3.530 hektare lahan kopi di kawasan Ijen, Bondowoso.

Dalam KSO berdurasi 10 tahun tersebut, PTPN IV PalmCo menanggung penuh investasi serta membawa pendekatan baru dalam manajemen dan teknologi. Salah satu langkah awal Jatmiko adalah pemetaan ulang lahan menggunakan drone berbasis GIS, untuk membedakan areal produktif dan nonproduktif secara akurat.

Perubahan signifikan mulai terlihat. Produktivitas kopi kini mencapai 409 kg/ha untuk green bean dan 2.470 kg/ha untuk kopi cherry, sebuah lompatan besar dari tahun-tahun sebelumnya.

Tak hanya soal angka, Jatmiko juga mengubah budaya kerja JCE: memangkas birokrasi, mempercepat alur kerja berbasis IT, melakukan efisiensi biaya, dan merampingkan organisasi agar lebih responsif dan adaptif.

“Semua capaian ini merupakan hasil dedikasi dan kerja keras seluruh tim. Kami ingin menjadikan JCE sebagai role model transformasi. Harapannya, praktik terbaik ini bisa ditularkan kepada petani kopi lainnya di Indonesia,” tutur Jatmiko.

Ia menekankan pentingnya konsistensi dan prinsip budidaya yang berkelanjutan demi menjaga kualitas dan produktivitas kopi Indonesia. “Kalau ini berhasil, bukan hanya JCE yang sejahtera, tapi seluruh petani kopi kita bisa ikut merasakan manisnya hasil dari pertanian kopi,” tutupnya. (A3)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


TOP