AGRICOM, PALU – Minat petani Sulawesi Tengah untuk mengembangkan budidaya kakao terus meningkat, namun sejumlah tantangan masih membayangi pengembangan komoditas unggulan ini.
Ruslan, petani sekaligus pendamping kelompok tani kakao di Parigi Moutong, mengungkapkan bahwa biaya awal perawatan menjadi hambatan besar bagi petani kecil. Untuk tanaman berumur 0–3 tahun, satu pohon kakao memerlukan biaya perawatan minimal Rp150.000.
“Kalau punya 1.000 pohon, berarti butuh ratusan juta rupiah sebelum panen pertama,” ujarnya, dikutip Agricom.id dari KBRN RRI, Selasa (5/8/2025).
BACA JUGA:
- Harga Referensi Biji Kakao Turun Tajam di Agustus, Apa Penyebabnya?
- Investasi Perkebunan Kelapa di Babel Tawarkan Potensi Rp13,5 Juta per Hektare per Bulan
Selain biaya, petani juga harus menghadapi serangan hama Penggerek Buah Kakao yang hingga kini penanganannya dinilai belum optimal. Ruslan menilai diperlukan pendekatan pengendalian hama yang lebih modern dan efisien.
Tantangan lain adalah sulitnya petani kecil mengakses sertifikasi kakao berkelanjutan. Persyaratan lahan minimal 0,5 hektar dengan 300 pohon menjadi kendala, karena sebagian besar petani hanya memiliki lahan terbatas. Akibatnya, mereka kehilangan peluang menjual ke pasar bersertifikat atau mengikuti program harga premium.
Ruslan juga menyoroti keterbatasan distribusi bahan tanam unggul (entres), minimnya fasilitas pendukung, dan ketimpangan akses informasi serta pendampingan teknis. Ia bahkan pernah mengalami penolakan jasa ekspedisi saat mengirim pintu masuk karena tidak memiliki dokumen karantina yang sesuai.
Meski begitu, Ruslan mengapresiasi semangat petani yang mulai menanam kakao secara swadaya. Ia mencatat potensi pengembangan lahan kakao hingga ribuan hektar di Pantai Timur Parigi Moutong yang belum tergarap optimal. Menurutnya, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci menjadikan kakao sebagai komoditas unggulan Sulawesi Tengah.
“Petani sudah siap bergerak. Sekarang kami butuh keberpihakan nyata dari kebijakan dan program,” tegasnya. Ruslan berharap dukungan pemerintah dan mitra pembangunan dapat memperluas akses pembiayaan, pendampingan teknis, penyederhanaan sertifikasi, dan memperlancar distribusi masuk.
Ia juga menekankan pentingnya melibatkan generasi muda di sektor pertanian. "Kami sudah mulai merekrut anak-anak muda di P2KT. Tiga di antaranya bahkan bergelar doktor. Ini bukti bahwa pertanian bisa menarik jika didukung secara serius," tutupnya. (A3)