IPOC 2025: Dirjen Perkebunan Sebut Industri Sawit Jadi Pilar Devisa dan Ciptakan Lapangan Kerja bagi Jutaan Rakyat

IPOC 2025: Dirjen Perkebunan Sebut Industri Sawit Jadi Pilar Devisa dan Ciptakan Lapangan Kerja bagi Jutaan Rakyat
Agricom.id

13 November 2025 , 16:24 WIB

Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Abdul Roni Angkat menegaskan bahwa industri sawit bukan hanya penopang ekspor pertanian, tetapi juga sumber jutaan lapangan kerja dan penggerak kesejahteraan rakyat. Foto: Agricom/IPOC2025

 

AGRICOM, BALI — Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Abdul Roni Angkat , menegaskan bahwa sektor kelapa sawit tetap menjadi penopang utama ekspor pertanian Indonesia dan berperan penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut disampaikan saat menjadi pembicara di Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) dan Outlook 2026 ke-21 , yang digelar di Nusa Dua, Bali, pada Kamis (13/11/2025).

Menurut Abdul Roni, lebih dari separuh nilai ekspor pertanian Indonesia masih didominasi oleh kelapa sawit. “Pada tahun 2024, nilai ekspor sawit mencapai USD 19,603 miliar , menjadikan komoditas ini kontributor terbesar terhadap devisa sektor pertanian,” ujarnya.

Lebih dari sekedar penyumbang devisa nasional, Abdul Roni menekankan bahwa pengembangan industri kelapa sawit juga menjadi bagian dari misi untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi kemiskinan. “Sektor sawit telah menciptakan 4,2 juta lapangan kerja langsung dan 12 juta lapangan kerja tidak langsung, yang berperan penting dalam meningkatkan taraf kehidupan masyarakat di pedesaan,” tambahnya.

BACA JUGA: 

- IPOC 2025: Kementan Genjot Produktivitas Menuju Sawit Berkelanjutan

- Ketua Umum GAPKI Ungkap Tiga Strategi Hadapi Tantangan Industri Sawit di IPOC 2025

 

Dorong Produktivitas dan Peremajaan Sawit Rakyat

Dirjenbun mengungkapkan bahwa produktivitas menjadi fokus utama kebijakan pemerintah. Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) terus digalakkan, meski realisasinya hingga tahun 2025 baru mencapai 19% dari target nasional.

“Kami menyadari bahwa pelaksanaan PSR masih menghadapi sejumlah kendala, mulai dari aspek perizinan, audit, hingga kekhawatiran petani terkait program keamanan. Oleh karena itu, kami bekerja sama dengan BPDPKS, Kepolisian, dan instansi lain untuk memastikan program ini aman dan transparan,” jelasnya.

Sebagai solusi jangka pendek, Kementerian Pertanian berupaya memberikan alternatif sumber pendapatan bagi petani selama masa tanam ulang, di antaranya melalui penanaman padi gogo dan jagung yang hasilnya dapat diserap oleh Bulog.

 

Penguatan Tata Kelola dan Hilirisasi

Selain peningkatan produktivitas, pemerintah juga berkomitmen memperkuat ekosistem industri sawit melalui perbaikan tata kelola dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Abdul Roni pentingnya membangun sistem hilirisasi perkebunan untuk memperkuat devisa nasional.

“Presiden telah menegaskan bahwa hilirisasi menjadi kunci dalam meningkatkan nilai tambah dan menurunkan kemiskinan. Kami menargetkan pada tahun 2045, Indonesia mampu mencapai produksi 100 juta ton dengan dukungan perluasan areal perkebunan sawit berkelanjutan sekitar tiga juta ton tambahan,” paparnya.

Untuk mendukung program tersebut, pemerintah menyiapkan anggaran hingga Rp 20 triliun tahun depan, yang akan difokuskan pada pengembangan infrastruktur, kebun plasma, serta proyek hilirisasi biodiesel, bio-poliol, dan minyak goreng di daerah perbatasan.

BACA JUGA:  Peserta Pecahkan Rekor IPOC 2025, Mona Surya: Antusiasme Luar Biasa

 

Tantangan dan Sinergi

Meski banyak capaian, Abdul Roni tidak menutup mata terhadap berbagai tantangan, mulai dari isu hukum, tata niaga, hingga koordinasi antar lembaga. Ia menilai bahwa keberhasilan pengembangan sawit nasional membutuhkan kolaborasi erat antara pemerintah, BUMN, dan pelaku swasta .

Kita harus menjadi pemenang di negeri sendiri. Jangan kalah karena rasa takut atau ketidaksiapan menghadapi sistem hukum dan tata kelola. Sawit Indonesia harus percaya diri dan berdiri kokoh di pasar global, tegasnya.

Menutup sesi, Abdul Roni menyampaikan optimismenya terhadap masa depan sawit Indonesia. “Jika kita secara konsisten memperkuat kemitraan, produktivitas, dan hilirisasi, saya yakin Indonesia tidak hanya menjadi produsen sawit terbesar di dunia, tetapi juga pusat inovasi dan keberlanjutan global,” tutupnya.

Jangan lewatkan! ikuti berita terkini kegiatan IPOC 2025 di  Agricomcom.id  (A3)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


TOP