IPOC 2025: Pietro Paganini Soroti Peran Persepsi Publik dalam Masa Depan Industri Sawit

IPOC 2025: Pietro Paganini Soroti Peran Persepsi Publik dalam Masa Depan Industri Sawit
Agricom.id

16 November 2025 , 16:46 WIB

Pietro Paganini menegaskan bahwa teknologi, transparansi, dan produktivitas menjadi kunci agar industri sawit mampu bertahan dan bersaing di tengah gelombang regulasi ketat seperti EUDR. Foto: Agricom/IPOC2025

 

AGRICOM, NUSA DUA, BALI — Industri kelapa sawit kini berada di persimpangan besar. Di satu sisi, sawit adalah tanaman paling efisien di dunia—memberi hasil minyak jauh lebih tinggi dibandingkan komoditas nabati lainnya, menopang jutaan petani kecil, dan berperan dalam ketahanan pangan global. Namun di sisi lain, persepsi negatif yang terus berkembang membuat posisi di pasar internasional sering kali tertekan.

Dalam sesi di Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) 2025 dan Price Outlook 2026 , Pietro Paganini, Adjunct Professor Business Administration, John Cabot University Rome, dalam pemaparannya dengan tema “EUDR and Beyond: Navigating New Frontiers for Palm Oil” Paganini menggambarkan bagaimana reputasi dan persepsi masyarakat kini menjadi faktor penentu yang dapat membentuk regulasi, akses pasar, dan masa depan industri sawit.

BACA JUGA: 

- IPOC 2025: Analis Oil World Thomas Mielke Ingatkan Program B50 Bisa Jadi Pedang Bermata Dua

- IPOC 2025: Kementan Genjot Produktivitas Menuju Sawit Berkelanjutan

 

Sawit: Produktif, Strategis, Tapi Terjebak Isu Reputasi

Paganini menjelaskan bahwa kesenjangan besar antara manfaat sawit dan citra publiknya menciptakan tantangan yang serius. Meski efisien agronomi dan krusial bagi perekonomian negara produsen, khususnya Indonesia, komoditas ini tetap menghadapi stigma lingkungan yang sulit dilepaskan.

Persepsi masyarakat yang keliru dapat mempengaruhi kebijakan negara importir dan semakin mencakup ruang gerak industri.

 

Era Regulasi Ketat: EUDR Mengubah Aturan Utama

Munculnya Peraturan Deforestasi Uni Eropa (EUDR) menjadi simbol bagaimana tekanan internasional terhadap komoditas berbasis lahan meningkat secara drastis. Regulasi ini menuntut Zero deforestation, Ketelusuran penuh hingga ke kebun, dan Pembuktian keinginan yang akurat dan terdokumentasi.

Paganini menekankan bahwa memenuhi standar ini memaksa industri berinovasi. Teknologi pun menjadi ujung tombak.

 

Teknologi sebagai Senjata Baru: Drone, Satelit, Blockchain, hingga AI

Untuk menjawab tantangan EUDR, industri sawit mulai menggunakan teknologi canggih, seperti: Drone & satelit untuk menyatukan lahan secara real-time, Blockchain untuk menciptakan rantai pasok yang benar-benar transparan, Artificial Intelligence (AI) untuk analisis risiko dan pemetaan deforestasi

Menurut Paganini, teknologi bukan hanya alat untuk mengatur regulasi, tetapi juga modal strategi membangun kepercayaan global dan memperkuat daya saing.

 

Perlu Masa Transisi: EUDR Tidak Bisa Diterapkan secara instan

Agar penerapan EUDR tidak berdampak pada petani kecil maupun pelaku UMKM, Paganini mengusulkan fase transisi terstruktur , meliputi: Periode uji coba selama 24 bulan, Masa penyesuaian khusus bagi petani kecil dan UMKM, Kolaborasi erat antara pemerintah dan sektor swasta, dan Skema Pembiayaan bersama untuk membantu negara produsen mempersiapkan sistem ketelusuran yang memenuhi standar EUDR

Pendekatan transisi ini diharapkan menciptakan implementasi yang adil dan realistis.

Isu keinginan ke depan tidak bisa hanya mengandalkan regulasi; peningkatan produktivitas menjadi kunci. Paganini menyoroti tiga strategi: Penanaman kembali (peremajaan tanaman tua), Pengembangan varietas unggul berproduktivitas tinggi, dan Budidaya berbasis data untuk efisiensi dan pengurangan risiko

Dengan hasil yang lebih tinggi pada lahan yang sama, risiko deforestasi dapat ditekan tanpa mengurangi output industri.

 

Menghadapi Tren Anti-Sawit: Bebas Minyak Sawit dan Labelisasi

Paganini juga menyoroti tren global yang berkembang, mulai dari: Kampanye “palm oil-free”, Labelisasi yang bias, Standar baru berbasis SAFA (FAO), dan Penilaian front-of-pack yang mempengaruhi perilaku konsumen

Menurutnya, tren ini berpotensi menciptakan misinformasi dan menyesatkan publik. Industri sawit memerlukan strategi edukasi berbasis data untuk mengembalikan persepsi yang seimbang.

 

Sawit Berpeluang Memimpin Standar Keberlanjutan Global

Di tengah tekanan regulasi dan opini publik yang bergejolak, Paganini melihat peluang besar. Dengan transparansi, inovasi teknologi, produktivitas tinggi, serta konsistensi komitmen pada standar internasional, industri sawit dapat menjadi role model global dalam kemiskinan.

Ke depan, keberhasilan industri akan ditentukan oleh; Antisipasi terhadap regulasi baru, Diplomasi yang aktif, Pendekatan inklusif yang merangkul petani kecil, dan Kolaborasi global yang berbasis data dan kepercayaan

Sawit berada di garis depan perubahan. Dan dengan strategi yang tepat, industri ini dapat melampaui tantangan dan memimpin momentum baru di pasar global. (A3)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


TOP