Agricom.id, KUKAR - Dalam upaya peningkatan produksi pertanian, kementerian pertanian (Kementan) tahun 2020 melaksanakan kegiatan Optimasi Lahan (Opla) Rawa di 14 provinsi sebesar 50.000 hektare (ha).
Salah satunya sedang dilakukan di Desa Sebuntal, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) seluas 300 ha yang dikerjakan oleh Gapoktan Nusantara.
"Optimasi lahan rawa kini salah satu jawaban untuk memastikan ketahanan pangan Indonesia terus terjaga di masa depan, terutama karena terus meningkatnya kebutuhan konsumsi masyarakat," ujar Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam keterangan persnya, Rabu (6/5/2020) yang diterima Agricom.id
Mentan mengungkapkan bahwa tujuan utama dari Opla Rawa adalah mengoptimalkan lahan rawa menjadi lahan pertanian produktif melalui penataan sistem tata air dan penataan lahan.
“Lahan rawa itu sebagian atau sepanjang tahun tergenang air, bisa dari luapan sungai atau hujan, kegiatan Opla Rawa harus bisa membantu mengatasinya dengan pekerjaan kontruksi atau perbaikan tanggul atau tata airnya sehingga lahan bisa diolah dengan baik,” kata SYL.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan, Sarwo Edhy menjelaskan bahwa di Kalimantan Timur alokasi optimasi lahan rawa mencapai 1.050 ha di 2 kabupaten, yaitu, Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara.
Program ini merupakan upaya peningkatan peran petani dan kelompok tani/gabungan kelompok tani, penumbuhan dan pengembangan kelompok tani untuk melaksanakan usaha tani, serta pengembangan kawasan dan/atau cluster berbasis korporasi petani.
"Dengan pengelolaan air yang lebih baik, harapannya, sawah rawa bisa digarap sepanjang tahun, baik musim kemarau maupun musim hujan. Dengan begitu, petani bisa menanam padi dua atau tiga kali setahun," jelas Sarwo Edhy.
Sarwo Edhy menambahkan, Opla Rawa cocok diterapkan di Kukar untuk membangun sumber daya manusia pertanian melalui pemanfaatkan lahan rawa untuk dijadikan sebagai areal pesawahan.
"Opla ini akan bisa mengembangkan lahan rawa di Kukar menjadi lahan produktif untuk pertanian sehingga meningkatkan produktivitas padi. Kalau biasanya 2,7 ton – 3 ton per hektar, harapannya, menjadi 5 ton – 6,5 ton per hektar," kata Sarwo Edhy.
Menurutnya, Opla Rawa dapat membuat indeks pertanaman menjadi 2 kali lipat pada tanaman padi dan jagung. Dengan begitu, diyakini, pemanfaatan rawa itu dapat mendatangkan kesejahteraan yang lebih untuk petani.
Sementara itu Kepala Seksi Lahan dan Irigasi, Dinas Pertanian dan Peternakan, Kabupaten Kukar, Achmad Yani menjelaskan, daerah tersebut semula memiliki produktivitas 3,9 ton/ha. Namun sebagian lahan terdampak air pasang laut atau air asin sehingga perlu dibuat tanggul, pintu air atau pintu klep (pintu penahan air pasang) agar usaha tani dapat dilaksanakan dengan baik.
"Kegiatan optimasi lahan rawa sangat membantu petani dalam melengkapi prasarana pertanian yang dibutuhkan. Tujuannya, meningkatkan produksi padi atau peningkatan index pertanaman (IP)," ujar Achmad Yani.
Achmad Yani berharap, kegiatan Opla Rawa ini terus berlanjut. Selain itu, ke depan bisa dimasukkan program untuk mengerjakan lahan tidur (sawah yang tidak tergarap) yang masih satu hamparan dengan lahan sawah fungsional.
"Setelah kegiatan Opla, target produktivitas bisa mencapai 4,3 ton/ha dengan IP 230. Program Opla juga mengurangi gagal panen karena banjir limpasan daerah sekunder maupun tersier (pembuatan tanggul)," pungkasnya. (A2)