Agricom.id, TAIPEI— Di tengah pandemi virus corona (Covid-19), Kementerian Perdagangan melalui Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei (KDEI Taipei) tetap gencar melakukan transaksi ekspor produk Indonesia di pasar Taiwan. Kali ini, KDEI Taipei terus menggencarkan kegiatan business matching secara virtual. Salah satunya, produk rempah-rempah yang dilakukan di Indonesia Exhibition Center, Taipei, Selasa (24/3/2020). Kegiatan ini menghasilkan potensi transaksi sebesar US$ 650 ribu atau Rp 9,6 miliar.
Kegiatan ini melibatkan tujuh perusahaan eksportir Indonesia, yaitu, CV Lima Rempah, CV Rasdi & Co, PT Berkah Lada, PT Billiton Rempah Indonesia, PT Latransa, Global Anugrah Kuasa, dan Star Laboratories. Eksportir dan pelaku industri olahan makanan dari rempah, industri dagang maupun perbelanjaan di Indonesia yang mengikuti acara tersebut sangat antusias dalam mendorong ekspor. Begitu pula para importir di Taiwan.
"Pandemi Covid-19 memaksa kita untuk semakin lebih kreatif. Business matching tidak harus bertatap muka secara langsung, tapi juga bisa secara daring. Kegiatan yang diinisiasi KDEI Taipei ini akan terus diintensifkan, bahkan sudah direncanakan dalam tahun ini akan dilakukan empat kali. Hal ini adalah terobosan yang kreatif dan efisien, karena memanfaatkan teknologi digital. Yang terpenting adalah bermanfaat bagi usaha kecil dan menengah (UKM) dan masyarakat,” ujar Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto di Jakarta dalam keterangan tertulis yang diterima Agricom.id.
Pelaksana tugas Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan, Kasan juga menambahkan, business matching secara daring tersebut merupakan salah satu strategi dalam mengoptimalkan potensi ekspor. Kegiatan tersebut telah menghasilkan potensi transaksi sebesar USD 650 ribu atau Rp 9,6 miliar, antara CV. Lima Rempah dengan salah satu perusahaan importir di Taiwan.
“Namun, masih terdapat potensi transaksi yang lebih besar lagi dari produk-produk lain, seperti, kayu manis, kunyit, dan beberapa produk lainnya yang akan ditindaklanjuti oleh peserta business matching pada pertemuan teknis berikutnya," ungkap Kasan.
Sementara itu, Kepala KDEI Taipei, Didi Sumedi menjelaskan, eksistensi rempah-rempah Indonesia dan produk-produk lain di Taiwan perlu dipertahankan dengan mengintensifkan kegiatan-kegiatan sejenis. Beberapa kegiatan business matching secara daring akan dilakukan lagi dalam beberapa bulan ke depan dengan Taiwan. KDEI Taipei pada 2020 merencanakan empat kali kegiatan business matching dan dalam waktu dekat, yakni pada 9 Juli 2020.
“Pada kegiatan business matching ke-2 ini, komoditas yang akan dipromosikan, yaitu, produk makanan. Usulan produk ini merupakan masukan dari Kadin Taiwan (Taiwan Chamber of Commerce/ROCCOC)," kata Didi.
Didi melanjutkan, satu hal yang penting yaitu komunikasi antara KDEI Taipei dan asosiasi pelaku usaha di Taiwan dan harus dapat terus dioptimalkan. "Hal ini agar promosi dan business matching yang dilakukan KDEI Taipei berjalan efektif dan efisien berdasarkan pada prinsip demand-driven," pungkasnya.
Menurut data Bea Cukai Taiwan pada 2019, Indonesia merupakan pemasok utama rempah-rempah ke Taiwan dengan nilai sebesar US$ 7,10 juta dan pangsa sebesar 24,42% dari total impor rempah-rempah Taiwan. Nilai ini meningkat 20,33 persen dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$ 5,87 juta. Rempah-rempah Indonesia bersaing ketat dengan produk dari Tiongkok, Vietnam, Malaysia, dan India.
Untuk tahun 2020, tren positif ekspor rempah-rempah Indonesia ke Taiwan masih berlanjut. Berdasarkan data Bea Cukai Taiwan pada bulan Januari—Maret 2020, Taiwan mengimpor rempah-rempah dari Indonesia dengan nilai sebesar US$ 1,58 juta atau naik sebesar 25,57% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Kompetitor rempah-rempah Indonesia masih sama seperti tahun lalu, yaitu Tiongkok, Vietnam, Malaysia dan India. (A2)