Agricom.id, JAKARTA - Sistem Sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11 Tahun 2015 mengatur pemberlakuan sertifikasi praktik kelapa sawit berkelanjutan untuk perusahaan perkebunan dan pekebun plasma/swadaya.
Tercatat sampai dengan bulan Agustus 2019 telah tersertifikasi sebanyak 552 perusahaan perkebunan, 4 pekebun plasma dan 6 pekebun swadaya. Peran pekebun sawit rakyat cukup signifikan dalam rantai pasok minyak sawit dimana tahun 2017 luas area perkebunan rakyat mencakup 40% dari luasan total. Tantangan pekebun dalam memenuhi standar keberlanjutan adalah terbatasnya akses untuk memperoleh bantuan dana, bibit berkualitas, subsidi dan sumberdaya lainnya.
Dalam keterangan resmi diterima Agricom.id, disisi kelembagaan, pekebun sawit swadaya masih belum berkelompok dalam suatu lembaga yang kuat sebagai akses memperoleh sumber pendanaan dan peningkatan posisi tawar mereka. Kendala legalitas lahan, pendaftaran STD-B, dan perolehan SPPL juga turut memperlambat pekebun dalam memenuhi persyaratan sertifikasi ISPO.
CIFOR, IPB dan Oil Palm Adaptive Landsacape telah melakukan penelitian kesiapan dan pemberdayaan pekebun sawit rakyat untuk memenuhi ketentuan ISPO, dengan mengembangkan permainan simulasi Companion Modeling (ComMod) berbasis role-play yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kesulitan dan benefit dalam pemenuhan sertifikasi ISPO melalui 4 peran yang diusung dalam permainan tersebut yaitu pekebun, pemerintah, koperasi dan tengkulak.
Direktorat Jenderal Perkebunan yang diwakili oleh Kasubdit Standardisasi Mutu dan Pembinaan Usaha Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Ditjen Perkebunan bersama wakil eselon 2 lainnya antusias berperan dalam Dialog dan Permainan Companion Modeling yang diselenggarakan pada tanggal 28 Agustus 2019 lalu, dengan melibatkan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat sebagai lokasi penelitian.
Sekretaris Ditjen Perkebunan dan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan melalui Kasubdit Standardisasi Mutu dan Pembinaan Usaha menyampaikan, mendukung berbagai kegiatan serupa yang berpihak pada penguatan pekebun. Melalui pendekatan partisipatif, permainan menekankan pemahaman bersama antar stakeholder tentang kesepakatan manajemen sumberdaya alam terbaik dalam memecahkan masalah kompleks pemanfaatan SDA sehingga tercipta ruang dialog, penyebaran pembelajaran, pembuatan keputusan kolektif, dan penentuan kebijakan.
Melalui simulasi dapat diidentifikasi respon pekebun terhadap sertifikasi ISPO dan tantangan yang dihadapi oleh pekebun dalam implementasi ISPO. Diakhir simulasi diperoleh saran masukan bahwa perlunya keterlibatan pemerintah pusat bersama pemerintah daerah yang membidangi urusan perkebunan untuk membuat pilot project sertifikasi ISPO pekebun di wilayah Kalimantan dan perlunya keterlibatan pemerintah daerah dalam proses sertifikasi melalui fungsi pembinaan dan pengawasan. Wakil Direktorat Perlindungan menyampaikan kemungkinan permainan tersebut dapat diusulkan dalam materi SLP-HT. (A2)