Komisi IV DPR Dorong Langkah Nyata untuk Tingkatkan Produksi Kakao Nasional


AGRICOM, TABANAN — Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Panggah Susanto, menegaskan perlunya langkah konkret dari pemerintah untuk meningkatkan produksi kakao nasional. Menurutnya, peningkatan ini penting demi kesejahteraan petani dan meningkatkan daya saing industri kakao Indonesia di pasar global.

"Perlu langkah nyata dari pemerintah untuk mengatasi rendahnya produksi kakao Indonesia," ujar Panggah saat kunjungan kerja Komisi IV ke Cau Chocolate, Kabupaten Tabanan, Bali, Senin (21/7).

Panggah menyoroti berbagai persoalan yang dihadapi petani, termasuk minimnya minat generasi muda untuk membudidayakan kakao. Ia menyebut ketertarikan petani menurun karena budidaya kakao dianggap kurang memberikan nilai tambah yang layak.

BACA JUGA: Harga Referensi Biji Kakao Juli 2025 Turun, Akibat Pasokan Global Meningkat

"Permasalahan kakao ini sudah jelas. Salah satu penyebab rendahnya minat petani adalah karena mereka tidak mendapatkan keuntungan yang memadai," jelasnya dikutip Agricom.id dari Antara.

Produktivitas kakao Indonesia, lanjut Panggah, saat ini rata-rata hanya 800 kg per hektare—jauh dari potensi maksimal yang bisa mencapai 2 ton per hektare. Menurutnya, hal ini tidak seharusnya terus menjadi wacana, melainkan harus segera diatasi dengan tindakan nyata.

Selain itu, ia juga menyinggung persoalan fermentasi biji kakao. Meski pasar global menuntut standar kakao terfermentasi, banyak petani belum mampu melakukannya karena keterbatasan sumber daya. Selisih harga sekitar Rp2.000 per kg antara kakao fermentasi dan non-fermentasi dinilai belum cukup menarik untuk mendorong petani melakukan proses tersebut.

"Pemerintah harus hadir membantu petani. Mereka kesulitan memenuhi standar internasional karena keterbatasan kapasitas dan peralatan," tegasnya.

Dalam konteks hilirisasi, Panggah menekankan pentingnya sinergi antara sektor perkebunan dan industri pengolahan. Ia menyebut hilirisasi produk kakao tidak bisa hanya dibebankan pada sektor perkebunan semata, melainkan harus melibatkan peran aktif dari industri.

"Dibutuhkan teknologi pengolahan yang memadai agar petani bisa menghasilkan produk turunan cokelat bernilai tinggi. Tanpa kolaborasi yang kuat antara sektor hulu dan hilir, hilirisasi akan terhambat," tandasnya.

Panggah menutup pernyataannya dengan menekankan bahwa yang dibutuhkan bukan sekadar diskusi, melainkan aksi nyata di lapangan. (A3)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


TOP