IPOC 2025, Menteri Rachmat Pambudy: Sawit Adalah Jembatan Persahabatan dan Kemanusiaan

IPOC 2025, Menteri Rachmat Pambudy: Sawit Adalah Jembatan Persahabatan dan Kemanusiaan
Agricom.id

16 November 2025 , 17:07 WIB

Dalam forum sawit dunia, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Prof. Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS, menyebut jembatan sawit sebagai persahabatan dan kesejahteraan, sekaligus pilar penting tata kelola dan pembangunan berkelanjutan. Foto: Agricom/IPOC2025

 

AGRICOM, BALI — Indonesia kembali menegaskan kepemimpinannya dalam pembangunan sawit berkelanjutan. Hal ini disampaikan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Prof. Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS , dalam pidato kunci pada Konferensi Minyak Sawit Indonesia (IPOC) ke-21 dan Outlook Harga 2026 yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, pada 13–14 November 2025.

Mengusung tema “Navigating Complexity, Driving Growth: Governance, Biofuel Policy, and Global Trade,” konferensi ini mempertemukan perwakilan pemerintah, asosiasi industri, akademisi, petani, organisasi masyarakat sipil, serta mitra internasional dari 26 negara untuk membahas tata kelola sawit global di masa mendatang.

Dalam pemaparannya, Menteri Rachmat menegaskan bahwa kelapa sawit bukan hanya komoditas penting bagi Indonesia, tetapi juga pilar kesejahteraan global.
“Sawit lebih dari sekadar komoditas — ia adalah jembatan persahabatan, perdamaian, dan kemanusiaan. Melalui sawit, kita menghubungkan bangsa-bangsa, bukan untuk bersaing, tetapi untuk bekerja sama dan membangun nilai bersama,” ujarnya dikutip Agricom.id dalam paparannya.

BACA JUGA:

- IPOC 2025: Pietro Paganini Soroti Peran Persepsi Publik dalam Masa Depan Industri Sawit

- IPOC 2025: Analis Oil World Thomas Mielke Ingatkan Program B50 Bisa Jadi Pedang Bermata Dua

 

Menjaga Keseimbangan Antara Pertumbuhan dan Keberlanjutan

Rachmat menyoroti bahwa dunia sedang menghadapi perubahan iklim, pertumbuhan populasi, serta meningkatnya kebutuhan pangan dan energi. Dalam situasi ini, sawit memiliki peran vital sebagai sumber minyak nabati yang efisien dan berkelanjutan.

“Memenuhi kebutuhan global bukan hanya soal meningkatkan produksi, tetapi juga bagaimana mengelola sumber daya secara cerdas dan bertanggung jawab,” ujarnya.

Ia menegaskan komitmen Indonesia menjalankan sektor sawit berdasarkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), sehingga pertumbuhan ekonomi tidak mengorbankan alam dan generasi mendatang.
Ia juga menekankan pentingnya keadilan dalam perdagangan global:
“Keadilan dalam perdagangan sawit harus berarti keadilan bagi petani kecil dan pekerja — mereka yang menopang pasokan sawit dunia.”

Mengutip filosofi Tri Hita Karana dari Bali, Rachmat mengajak industri membangun harmoni antara Tuhan, manusia, dan alam sebagai dasar pembangunan yang bertanggung jawab.

BACA JUGA:  IPOC 2025: Biodiesel dan Kepastian Hukum, Kunci Ketahanan Energi dan Stabilitas Sawit Nasional

 

Sawit sebagai Penggerak Pertumbuhan Hijau dan Kemakmuran Nasional

Menurut Rachmat, industri sawit merupakan pilar penting dalam mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045 — menuju negara berpendapatan tinggi, bebas kemiskinan, berdaya saing global, dan net-zero emisi pada tahun 2060 atau lebih cepat.

“Sawit menciptakan jutaan lapangan kerja, mendorong industri hilir seperti biofuel dan oleokimia, serta mendukung ketahanan pangan dan energi nasional,” tegasnya.
“Ini adalah salah satu instrumen terkuat Indonesia dalam mencapai SDGs — menciptakan pekerjaan hijau, mengurangi kemiskinan, dan memperluas energi terbarukan.”

Ia juga merasakan kemenangan Indonesia dalam penyelesaian WTO terkait diskriminasi sawit.
“Kemenangan ini bukan hanya legal, tapi juga moral,” tegasnya, menegaskan bahwa kebijakan biofuel Indonesia sejalan dengan prinsip perdagangan internasional.

 

Penguatan Petani dan Percepatan ISPO

Rachmat kembali menegaskan dukungan Bappenas terhadap transformasi sawit melalui kebijakan inklusif berbasis teknologi. Pemerintah terus memperbaiki regulasi, mempercepat penanaman kembali, serta memperluas sistem ketelusuran digital untuk meningkatkan kredibilitas Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) .

Ia menekankan bahwa pemberdayaan petani kecil harus menjadi prioritas nasional.
“Pemberdayaan petani ada di pusat strategi kita — sawit berkelanjutan harus inklusif, adil, dan memberi manfaat bagi semua,” ujarnya.

 

Dari Biofuel Menuju Inovasi Hijau

Melihat ke depan, Rachmat menyampaikan bahwa pemerintah akan terus mendorong pengembangan industri hilir, termasuk bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) dan bahan biodegradable. Inovasi ini akan menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi, lapangan kerja hijau, serta ketahanan ekonomi jangka panjang.

“Sawit bukan sekedar produk — ia adalah kemitraan kemanusiaan,” ujarnya.
“Sawit menunjukkan bahwa negara-negara Global South dapat tumbuh secara bertanggung jawab, memimpin secara berkelanjutan, dan berbagi kemakmuran secara adil.”

 

Harmoni dan Kemakmuran Bersama

Menutup pidatonya, Rachmat menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat dalam menjadikan sawit simbol kerja sama global.

“Bersama-sama, kita bisa menjadikan sawit sebagai kekuatan kebaikan — penghubung antara manusia, alam, dan kemakmuran,” ujarnya.
“Mari bekerja bersama demi manfaat bersama, memastikan tidak ada yang tertinggal,” tutupnya. (A3)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


TOP