Harga CPO Malaysia Naik Ditopang Cuaca Ekstrem dan Aksi Short Covering Jelang Libur


AGRICOM, KUALA LUMPUR Harga kontrak berjangka minyak sawit Malaysia menguat pada perdagangan Selasa (30/12), didorong kekhawatiran penurunan produksi akibat cuaca ekstrem serta aktivitas short covering menjelang libur akhir tahun.

Kontrak acuan minyak sawit untuk pengiriman Maret 2026 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange tercatat naik RM25 per ton atau 0,62 persen menjadi RM4.072 per ton pada perdagangan siang. Kenaikan ini terjadi setelah harga sempat terkoreksi pada sesi sebelumnya, yang sekaligus mengakhiri reli empat hari berturut-turut.

BACA JUGA: 

- Harga CPO Malaysia Senin (29/12) Melemah, Stok Tinggi Bayangi Kelanjutan Reli Jangka Pendek

- Harga TBS Sawit Kalbar Periode III Desember 2025 Tembus Rp 3.236 per Kg

Menurut laporan Reuters, Direktur perusahaan pialang Pelindung Bestari yang berbasis di Selangor, Paramalingam Supramaniam, sentimen pasar kembali membaik seiring munculnya indikasi bahwa produksi minyak sawit pada Desember berpotensi menurun. Salah satu pemicunya adalah meningkatnya curah hujan di wilayah Malaysia Timur, terutama di Sarawak.

Badan Meteorologi Malaysia sebelumnya mengeluarkan peringatan gelombang monsun yang diperkirakan terjadi pada 1–5 Januari. Fenomena tersebut berpotensi membawa hujan lebat di Sarawak, disertai angin kencang dan gelombang tinggi di Laut China Selatan.

“Kami juga melihat adanya aktivitas short covering hari ini menjelang periode libur,” ujar Supramaniam. Meski demikian, ia menilai ruang penguatan harga masih terbatas. Pelemahan permintaan global, penguatan nilai tukar ringgit, serta rekor panen kedelai di Amerika Selatan menjadi faktor penahan laju kenaikan harga.

Di pasar minyak nabati global, kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian tercatat naik 0,33 persen, sementara kontrak minyak sawit di bursa yang sama menguat 0,84 persen. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade juga naik tipis sebesar 0,24 persen.

BACA JUGA: Harga Karet SGX–Sicom Selasa (30/12) Naik Tipis

Minyak sawit umumnya bergerak searah dengan minyak nabati pesaingnya karena saling bersaing memperebutkan pangsa pasar global. Sementara itu, harga minyak mentah dunia justru melemah setelah sempat melonjak lebih dari 2 persen pada sesi sebelumnya. Koreksi tersebut sebagian dipicu penurunan harga logam mulia, meski konflik Rusia–Ukraina masih menimbulkan kekhawatiran gangguan pasokan energi.

Pelemahan harga minyak mentah membuat minyak sawit kurang menarik sebagai bahan baku biodiesel. Di sisi lain, penguatan ringgit sekitar 0,17 persen terhadap dolar AS turut membuat minyak sawit menjadi relatif lebih mahal bagi pembeli luar negeri.

Ke depan, pelaku pasar diperkirakan masih akan mencermati perkembangan cuaca, pergerakan nilai tukar, serta dinamika pasar global yang akan menentukan arah harga minyak sawit dalam waktu dekat. (A2)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


TOP