Kementerian Pertanian memulai Tanam Bersama Pengembangan Kawasan Tebu 2025 di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, sebagai upaya meningkatkan produktivitas tebu nasional dan memperkuat pasokan bahan baku industri gula guna mendukung percepatan swasembada gula. Foto: Istimewa
AGRICOM, GROBOGAN — Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebunan mulai melaksanakan Tanam Bersama Pengembangan Kawasan Tebu Tahun 2025 di Desa Bandungsari, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan. Kegiatan yang digelar pada 2 Desember 2025 ini menjadi langkah awal penguatan produksi tebu nasional guna memenuhi kebutuhan gula konsumsi sekaligus mempercepat terwujudnya swasembada gula.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan, Heru Tri Widarto, menjelaskan bahwa pemerintah terus memperkuat program Bongkar Ratoon dan Perluasan Tanaman Tebu sebagai strategi utama meningkatkan produktivitas. Pada 2025, alokasi pengembangan tebu secara nasional mencapai 100.453 hektare, yang terdiri atas 5.528 hektare perluasan areal dan 94.925 hektare bongkar ratoon.
Untuk Provinsi Jawa Tengah, pengembangan kawasan tebu ditetapkan seluas 12.076 hektare, dengan target 572 hektare berada di Kabupaten Grobogan.
BACA JUGA:
- Harga Karet SGX Sicom Jumat (12/12) Turun Tipis, Tertinggi Rp 28.559 Per Kg
- Harga CPO Terkini Jumat (12/12), Tender KPBN Inacom Kompak Turun di 4 Lokasi Perdagangan
Heru menegaskan, Grobogan kini telah memasuki fase krusial, mulai dari distribusi benih, pengolahan lahan, hingga penanaman. Menurutnya, disiplin pelaksanaan di lapangan menjadi faktor penentu keberhasilan program. “Semua elemen—pemerintah daerah, penyuluh, pabrik gula, dan kelompok tani—harus bergerak serempak agar target 2025 dapat tercapai tepat waktu,” ujarnya, diktip Agricom.id dalam keterangan tertulis.
Dalam kegiatan tanam bersama tersebut, petani Grobogan menerima bantuan benih tebu varietas Bululawang (BL) yang memiliki potensi hasil hingga 94,3 ton per hektare dengan rendemen 7,51 persen. Selain benih, pemerintah juga memberikan dukungan biaya operasional sebesar 40 hari orang kerja (HOK) per hektare. Varietas Bululawang dikenal memiliki batang kokoh dan daya adaptasi yang baik, sehingga dinilai cocok untuk meningkatkan produktivitas kebun tebu rakyat.
Sementara itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa hilirisasi perkebunan, termasuk komoditas tebu, menjadi prioritas pemerintah karena berkaitan langsung dengan ketahanan pangan strategis nasional.
BACA JUGA: Jejak Emas 99 Tahun: Pameran Foto Kolaborasi Soedjai dan Sahabat di Dies Natalis ke-67 INSTIPER
“Kita tidak boleh lagi bergantung pada impor gula. Hulu dan hilir harus dibenahi secara bersamaan. Produktivitas wajib meningkat, kemitraan dengan pabrik gula harus diperkuat, dan efisiensi industri terus didorong. Indonesia memiliki kapasitas untuk swasembada gula, asalkan semua pihak fokus dan bekerja cepat,” tegas Mentan.
Amran juga menilai pengembangan tebu di daerah sentra seperti Jawa Tengah akan berdampak langsung pada peningkatan pasokan bahan baku bagi industri gula nasional. “Kita bangun dari kebun rakyat hingga pabriknya. Ini bukan semata soal produksi, tetapi memastikan sektor tebu mampu menciptakan nilai tambah yang kembali ke petani dan menggerakkan ekonomi lokal,” tambahnya.
Kementerian Pertanian berharap program pengembangan kawasan tebu ini dapat memperkuat ketahanan pangan nasional, meningkatkan kesejahteraan petani, serta membuka lebih banyak lapangan kerja di wilayah perdesaan. (A3)