Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (BKHIT) Sumatera Selatan menggelar workshop untuk mengedukasi pengusaha dan UMKM milenial mengenai prosedur ekspor, karantina, serta pembiayaan guna mendorong komoditas daerah menembus pasar global. Foto: Istimewa
AGRICOM, PALEMBANG — Upaya mendorong pengusaha usaha mikro, kecil, dan menengah UMKM milenial masuk pasar internasional terus diperkuat, Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (BKHIT) Sumatera Selatan (Sumsel) memberikan edukasi dan pembekalan prosedur ekspor, karantina, dan akses pembiayaan kepada pengusaha dan pelaku UMKM milenial terkait prosedur ekspor komoditas daerah yang berpotensi menembus pasar internasional.
Edukasi tersebut dilakukan melalui kegiatan bertajuk Workshop Menembus Pasar Dunia yang digelar di Palembang, Selasa. Kegiatan ini diikuti oleh 120 pengusaha dan pelaku UMKM milenial, dengan menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai instansi terkait.
BACA JUGA:
- Gubernur Papua Optimistis Menuju Swasembada Beras Lewat Pengembangan Pertanian Terpadu
- Kemendag Siapkan 741 Desa Masuk Program Desa Ekspor Mulai 2026
Narasumber dalam workshop ini antara lain Kepala BKHIT Sumsel Kostan Manalu, Direktur Standar Karantina Tumbuhan Badan Karantina Indonesia (Barantin) AM Adnan, Direktur Pengawasan PEPK dan LMSt Kantor OJK Sumsel dan Babel Tito Adji Siswantoro, serta perwakilan Bea Cukai, perbankan, dan Dinas Perdagangan Sumsel.
Kepala BKHIT Sumsel Kostan Manalu menjelaskan bahwa untuk menembus pasar global, pelaku usaha wajib memahami dan memenuhi seluruh prosedur ekspor yang ditetapkan pemerintah Indonesia maupun negara tujuan.
Selain pemahaman regulasi ekspor, peserta workshop juga dibekali pengetahuan mengenai pembiayaan ekspor serta persiapan usaha agar siap bersaing di pasar internasional. Dengan bekal tersebut, diharapkan kapasitas usaha UMKM milenial di Sumsel—yang memiliki 17 kabupaten dan kota—dapat meningkat dan mampu menembus pasar ekspor.
BACA JUGA: Lelang Karet 4S Sembawa Stabil di Rp 14.514/kg, Total Tonase Tembus 11,7 Ton
Kostan menambahkan, melalui peran Badan Karantina Indonesia di daerah, BKHIT Sumsel berupaya memberikan pemahaman menyeluruh terkait proses karantina komoditas hewan, ikan, dan tumbuhan yang akan diekspor maupun dilalulintaskan antarnegara.
“Setelah workshop ini, petugas kami akan mendampingi pelaku usaha untuk memastikan komoditas yang akan diekspor sehat dan tidak membawa hama atau penyakit yang dapat membahayakan kesehatan manusia serta sektor pertanian, peternakan, dan perkebunan di negara tujuan,” ujarnya, dikutip Agricom.id dari Antara, Rabu (17/12).
Sementara itu, Direktur Standar Karantina Tumbuhan Barantin AM Adnan menegaskan bahwa pihaknya siap membantu komoditas ekspor UMKM melalui penerapan proses karantina yang sesuai dengan standar negara tujuan. Pengawasan dan pendampingan dilakukan untuk menjamin kesehatan komoditas, memastikan bebas dari hama dan penyakit, serta menjamin ketertelusuran produk ekspor.
Di kesempatan yang sama, Direktur Pengawasan PEPK dan LMSt Kantor OJK Sumsel dan Babel Tito Adji Siswantoro menyampaikan bahwa Sumsel memiliki puluhan komoditas ekspor. Namun, terdapat lima komoditas unggulan yang selama ini menjadi penyumbang devisa terbesar, yakni minyak sawit atau crude palm oil (CPO), karet, kopi, dan bubur kertas (pulp).
Berdasarkan data beberapa tahun terakhir, nilai ekspor Sumsel dari komoditas unggulan tersebut mencapai sekitar USD 6,5 miliar. Tito menilai, jika UMKM milenial peserta workshop mampu menembus pasar ekspor, dampak ekonominya akan signifikan, baik terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) maupun devisa negara. (A3)