Agricom.id, JAKARTA - Ketidakpastian pasar masih membayangi pasar global namun naiknya permintaan pasar minyak nabati karena kebutuhan pangan dan kosmetik dinilai mampu mendorong pertumbuhan pasar industri minyak sawit Indonesia.
Negara-negara importir minyak sawit terbesar Asia dikenal sebagai negara padat penduduk yang mengalami peningkatan populasi tiap tahunnya. Selaras dengan hal tersebut, permintaan pasar diharapkan bisa meningkat di tahun 2021.
Presiden Chamber of Commerce for Import and Export of Foodstuffs Native Produce and Animal By-Product China, Cao Derong mengungkapkan, minyak sawit merupakan minyak nabati impor terbesar di China. Konsumi minyak sawit di China mencapai 40% dari total konsumsi yakni untuk industri kimia.
Pada tahun 2019, Cina mengimpor 8,48 juta ton minyak sawit atau 66% dari total impor minyak nabati di Cina. Sementara itu, 6,02 juta ton diantaranya diimpor dari Indonesia. Ia juga menyebutkan dikarenakan permintaan pasar yang cukup tinggi, China sangat bergantung pada impor minyak nabati terutama minyak sawit.
“Dengan pemulihan ekonomi yang terjadi di tahun 2021 terutama di industri catering, konsumsi minyak sawit diperkirakan akan meningkat.” tutur Cao saat menjadi pembicara dalam Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2020, New Normal yang diselenggarakan secara virtual, dihadiri Agricom.id, Kamis (3/12/2020).
Namun Cao juga mengingatkan adanya dampak kebijakan insentif pemerintah malaysia terhadap pasar China. “Pemerintah Malaysia memiliki kebijakan insentif yang besar untuk mengekspor minyak kelapa sawit ke China. Akibatnya, ada gap harga minyak kelapa sawit antara Malaysia dan Indonesia yang menghasilkan penurunan keseluruhan dalam pengadaan China dari Indonesia, ” tandas Cao. (A1)