Buah Lokal Rajai Pasar di tengah Pandemi Covid-19

Buah Lokal Rajai Pasar di tengah Pandemi Covid-19
Agricom.id

10 April 2020 , 06:54 WIB

Agricom.id, JAKARTA - Pandemi corona virus (Covid-19) yang merebak ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia telah membuat aktivitas perdagangan tertekan. Namun Menteri Pertanian, Sahrul Yasin Limpo tetap optimis bahwa komoditas pertanian Indonesia bisa stabil. Bahkan sejak diumumkan pertama kali adanya kasus infeksi Covid-19 pada awal Maret 2020 lalu, komoditas hortikultura, khususnya permintaan sayur dan buah segar mengalami peningkatan.

Di sisi lain, penjualan produk buah impor, seperti, jeruk, lengkeng, apel, dan pir justru mengalami penurunan akibat terganggunya distribusi dan berdampak pada lonjakan harga di dalam negeri. Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai toko buah di Jakarta, penjualan buah impor menurun drastis, khususnya, asal China.

Sejak Januari hingga Februari saja, omset penjualan buah impor, seperti, jeruk santang dan jeruk sunkis mengalami penurunan hingga 45-60 persen. Berkurangnya pasokan buah impor dan diikuti dengan lonjakan harga menjadi peluang bagi buah lokal untuk mengisi pasar.

Direktur Buah dan Florikultura, Kementerian Pertanian, Liferdi Lukman, saat dikonfirmasi menyebut, kondisi pandemi Covid-19 ini berdampak langsung terhadap impor buah-buahan asal China, seperti, jeruk, lengkeng, apel, dan pir.

“Jumlahnya menurun tajam. Berdasarkan data badan pusat statistic (BPS), impor buah-buahan pada bulan Februari pada tahun 2020 sebanyak 14,5 ribu ton, atau turun 45 persen dibandingkan impor di bulan sebelumnya. Kalau dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2019, impor buah turun hingga 54 persen,” ujar Liferdi, Rabu (8/4/2020), dalam keterangan resmi yang diterima Agricom.id.

Menurutnya, kondisi tersebut justru membuka peluang besar bagi buah-buahan lokal untuk mengisi pasar, dan menggantikan buah impor.

“Buah-buahan lokal musiman, seperti manggis, duku, alpukat,buah naga, jeruk saat ini sedang panen. Bahkan buah-buahan semusim, seperti, pisang, jambu biji, pepaya, salak, semangka, dan melon terus berbuah sepanjang tahun,” ungkap pria asal Minang ini. “Ketersediaan buah-buah lokal secara umum mencukupi,” tambahnya.

Saat ini buah-buahan yang mengalami lonjakan permintaan, di antaranya, jambu biji, jeruk lemon, dan alpukat.

“Buah-buahan tersebut dikenal kaya serat, vitamin C,E, dan antioksidan. Bagus untuk daya tahan tubuh sehingga mampu menangkal Covid-19. Disinyalir, sekitar 85 persen yang positif Corona tidak menunjukkan gejala karena memiliki imunitas yang baik,” tambahnya.

Buah-buahan tersebut banyak diproduksi oleh petani-petani kita. Jambu biji merah banyak menyebar di daerah Bogor, Sukabumi, Majalengka, Cirebon, Kuningan sedangkan jeruk lemon banyak diproduksi oleh petani dari Kabupaten Bandung, Bandung Barat, dan daerah lainnya di Jawa Timur,” bebernya.

Liferdi juga menjelaskan bahwa di tengah pandemi Covid-19, pihaknya terus melakukan berbagai upaya untuk memastikan ketersediaan buah-buahan lokal.

Saat ini permintaan terhadap start up mengalami peningkatan yang signifikan. “Pasar online ini tidak semua punya akses langsung ke petani. Karena itu kami akan siapkan sistem informasi peta ketersediannya,” tandasnya.

Liferdi menambahkan, sejak tahun 2006 kementerian pertanian telah fokus melakukan pengembangan buah-buahan unggulan di Indonesia. Kegiatannya meliputi pengembangan kawasan, pendampingan penerapan budidaya sesuai dengan kaidah good agricultural practices (GAP)/standard operational procedure (SOP), fasilitasi sarana pascapanen hingga pengolahan.

Berdasarkan data BPS, trend produksi buah-buahan lokal pada kurun waktu 4 tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada tahun 2019 produksi buah-buahan lokal mencapai 22,5 juta ton atau naik 4,8% dibanding tahun 2018.

“Hampir semua produksi buah lokal meningkat. Alhamdulillah tahun ini malah diikuti dengan peningkatan permintaan pasar. Semoga membawa berkah buat petani buah di seluruh Indonesia,” jelas Liferdi.

Dihubungi terpisah, petani sekaligus pelaku usaha jeruk lemon asal Pengalengan, Bandung, Saleh Suryadi mengatakan bahwa  situasi pandemi Covid-19 saat ini justru memberikan rejeki lebih buat petani jeruk lemon di daerahnya.

“Permintaan jeruk lemon meningkat terutama dari Jakarta. Kelompok tani saya saja tiap minggu bisa mengirim 3-5 ton. Jumlah itu belum dari kelompok tani yang lain,” ungkap Saleh. Disinggung soal harga, Saleh mengaku, saat ini jeruk lemon tidak kurang dari Rp 15 ribu per kilogram.

“Biasanya mah harga jual rata-rata 6 hingga 8 ribu per kilo. Berkah buat petani buah khususnya lemon,” ungkapnya semangat.

Saleh yang juga Ketua Kelompok Wijaya Tani tersebut menuturkan, kondisi pandemi Covid-19 malah menjadikan para petani lebih bersemangat untuk merawat tanaman mereka. Saat ini di kelompoknya saja, para petani telah menanam tidak kurang dari 10 ribu pohon jeruk lemon. Saleh memperkirakan, di seluruh Pangalengan, pohon jeruk lemon bisa mencapai ratusan ribu.

“Peluang pasar yang bagus ini kita tindaklanjuti dengan budidaya yang baik. Tanaman lemon kita pelihara baik-baik dan mengacu pada standar yang ada. Harapan kami, pemerintah bisa memfasilitasi benih jeruk lemon untuk petani di Pengalengan, karena selain tanahnya cocok, prospek pasar juga sangat bagus, bahkan mampu bersaing dengan lemon impor,” katanya. (A2)

 

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


TOP