Agricom.id, JAKARTA – Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengerahkan para perwakilan perdagangan di luar negeri, yaitu para atase perdagangan (Atdag) dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) untuk mempromosikan produk-produk vanili agar bernilai tambah. Hal ini karena Indonesia berpotensi menjadi basis ekspor terbesar untuk vanili di dunia. Salah satunya dapat tercapai melalui diversifikasi produk ekspor dengan tidak bergantung pada bahan mentah, tapi juga pengembangan hilirisasi produk olahan vanili.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kemendag, Kasan mengatakan hal tersebut dalam seminar web (webinar) ‘Peningkatan Peluang Ekspor Vanili’, Senin (10/8).
“Hilirisasi dari pengolahan komoditas vanili, selain memberi nilai tambah dan meningkatkan daya saing, juga dapat memperbesar nilai ekspor vanili di tanah air. Untuk itu, kami mengharapkan peran strategis dari atase perdagangan dan ITPC untuk mempromosikan produk-produk vanili agar bernilai tambah,” jelas Kasan dalam keterangan tertulis yang diterima Agricom.id.
Selain sebagai sarana bertukar informasi, webinar ini juga diharapkan menjadi pintu peluang penjajakan kesepakatan dagang antara eksportir dengan buyer yang potensial. Kondisi pandemi ini menjadi momentum transformasi digital untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam upaya peningkatan ekspor, salah satunya, melalui penjajakan kesepakatan dagang virtual.
“Sebagai tindak lanjut dari webinar ini, Kemendag akan memfasilitasi temu bisnis daring para pelaku usaha Indonesia untuk menembus pasar internasional. Atase perdagangan dan ITPC diharapkan dapat mempertemukan buyer potensial dari negaranya dengan eksportir vanili yang bernilai tambah dari Indonesia,” imbuh Kasan.
Saat ini, terdapat lebih dari 110 jenis tanaman vanili di dunia. Namun, yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman olahan serta sebagai komoditas ekspor Indonesia adalah jenis Vanilla Planifolia.
Menurut Direktur Pengembangan Produk Ekspor, Kemendag, Olvy Andrianita, pengolahan vanili menjadi produk bernilai tambah, seperti ekstrak, sari, oleoresin, maupun bubuk, dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kuliner. Selain itu, vanili juga dapat digunakan sebagai bahan baku kosmetik, parfum, herbal, dan minyak esensial.
“Selain hilirisasi, sertifikasi organik, keberlanjutan, ketertelusuran, dan transparansi vanili Indonesia, juga perlu dikenalkan kepada buyer potensial di mancanegara, terutama di Uni Eropa karena pasarnya terus bertumbuh. Penguatan akses pasar dan peningkatan investasi juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan perjanjian kerja sama perdagangan dengan negara akreditasi,” jelas Olvy.
Vanili kerap disebut sebagai emas hijau karena memiliki nilai ekonomis serta harga jual yang tinggi. Biji vanili mencapai harga tertinggi di tahun 2018, yakni US$ 650/kg. Sedangkan pada 2020, harga biji vanili terkoreksi menjadi US$ 200/kg.
“Kita harus mengembangkan produk turunan vanili, sehingga saat terjadi pelemahan harga, kita tetap dapat menjual bahkan mengekspor vanili. Harga vanili yang tinggi menyebabkan banyak orang melakukan budi daya vanili. Namun, jika harganya turun, petani memilih opsi menanam tanaman budi daya yang lebih menguntungkan,” jelas Chairman Vanilla Institute, John Tumiwa, yang juga menjabat sebagai ketua Dewan Vanili Indonesia.
Salah satu hal yang menjadi tantangan dalam mengembangkan produk vanili di Indonesia adalah buyer cenderung membeli vanili dari pemasok yang sudah ada. Permasalahannya, ada beberapa eksportir tanah air yang kerap mencampur vanili dari Indonesia dengan vanili dari Papua Nugini sehingga profil rasanya tidak konsisten.
“Di samping itu, rendahnya kualitas biji vanili disebabkan karena panen dini. ‘Hama’ terbesar budi daya vanili adalah pencuri. Beberapa petani memilih memanen vanili mereka lebih awal untuk menghindari pencurian tanaman,” pungkas John.
Pada periode 2015—2019, tren ekspor produk vanili Indonesia tumbuh positif, mencapai 32,55 persen. Pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke-3 sebagai eksportir terbesar di dunia setelah Madagaskar dan Prancis. Madagaskar menguasai 53,06% pangsa ekspor vanili dunia dengan ekspor sebesar US$ 573,17 juta. (A2)