Program Kesatria: Kementan Optimalkan Produksi Jagung Nasional Dilahan Kelapa Sawit

Program Kesatria: Kementan Optimalkan Produksi Jagung Nasional Dilahan Kelapa Sawit
Dok. Kementan untuk Agricom.id

15 November 2023 , 14:07 WIB

AGRICOM, JAKARTA – Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor pertanian pada periode Januari-Desember 2022 mencapai 640,56 triliun rupiah, mengalami kenaikan sebesar 3,93 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2021. Subsektor perkebunan tetap menjadi penyumbang terbesar ekspor di sektor pertanian, mencapai kontribusi sebesar 622,37 triliun rupiah atau 97,16 persen dari total.

Kementerian Pertanian (Kementan) mempromosikan optimalisasi lahan kelapa sawit sebagai upaya untuk mendukung peningkatan produksi jagung nasional. Di bawah naungan Direktorat Jenderal Perkebunan, program inisiatif Kelapa Sawit Tumpang Sari Tanaman Pangan (Kesatria) akan diperkuat, memanfaatkan lahan TBM dan melakukan peremajaan kelapa sawit (replanting). Hal ini diharapkan dapat meningkatkan produksi dan sekaligus menjadi sumber pendapatan bagi para petani.

"Menindaklanjuti arahan Menteri Pertanian, optimalisasi lahan sawit dengan tumpang sari tanaman mampu menjawab tantangan masa ini. Kita akan melakukan tumpang sari di sentra-sentra sawit. Hari ini kan banyak hadir pengusaha dan asosiasi sawit sehingga  nanti akan kita kasi spot-spot lahan yang dijadikan lahan sawit tumpang sari dengan tanaman pangan. Kita harus menyumbang 1 juta ton. Sektor perkebunan harus ikut terlibat dalam pengembangan tanaman pangan ini," ujar Harvick Hasnul Qolbi, Wakil Menteri (Wamen) Pertanian, pada acara “Optimalisasi  Lahan Melalui Program Kelapa Sawit Tumpang Sari Tanaman Pangan” di  Kanpus Kementan pada  Rabu (15/11).

Baca juga : Kejar Masa Tanam, Kementan Sigap Amankan Produksi Beras dan Jagung

Wamen Harvick menambahkan, saat ini beberapa negara terancam oleh iklim yang tidak menentu. El Nino sudah di depan mata kita. Untuk itu tentu harus ada upaya terobosan atau bahkan upaya luar biasa untuk tetap menyediakan pangan khususnya beras untuk 273 juta rakyat Indonesia. “ Ini pekerjaan berat namun saya menyakini pasti ada upaya untuk keluar dari ancaman tersebut,” tambah Wamen.

Dalam kesempatan tersebut, Wamen Harvick sekaligus mengapresiasi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit atas prestasinya sehingga Indonesia saat ini menjadi negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia . Diketahui areal luasan sawit sebesar 16,83 juta hektare dengan produksi 45,1 juta ton CPO. Ekspor CPO dan turunannya mencapai sekitar 27 juta ton dengan nilai sekitar US$ 28 miliar atau sekitar Rp456 triliun. Bahkan nilai ekspor ini telah melampaui nilai ekspor minyak dan gas bumi

"Saya bangga dan berikan apresiasi kepada para pelaku usaha perkebunan kelapa sawit atas prestasi  ini. Bahkan penyerapan tenaga kerja pada perkebunan kelapa sawit mencapai sekitar 16,2 juta orang yang terdiri dari 4,2 juta tenaga kerja langsung dan 12 juta tenaga kerja yang tidak langsung. Selain itu, Kelapa Sawit telah menggantikan bahan bakar fosil sekitar 2,3 juta KL untuk energi berkelanjutan," ujarnya.

Baca juga : 

Tak dapat dipungkiri, kinerja industri kelapa sawit masih dihadapkan dengan sejumlah tantangan pengembangan kelapa sawit nasional kedepan, tidak hanya terkait produktivitas kelapa sawit, namun kita juga dituntut tetap meningkatkan konsistensi dalam hal kuantitas, kualitas dan kontinuitas, sekaligus pemantapan standarisasi ISPO yang tentunya banyak menjadi sorotan dunia dalam pemenuhan aspek-aspek sustainability, serta upaya-upaya khusus terkait dengan isu legalitas dan perizinan, gangguan usaha dan konflik, peningkatan akses pasar, nilai tambah, rantai pasok, saluran distribusi dan dinamika harga dunia. Hal-hal tersebut tentu dapat mempengaruhi daya saing kelapa sawit kita di dunia internasional.

"Dari sejumlah tantangan dalam industri perkebunan kelapa sawit, pemerintah melihat ada peluang yang perlu dioptimalkan khususnya dari aspek hulu di perkebunan kelapa sawit. Perlu adanya upaya lompatan yang serius. Tidak lagi percepatan. Luas perkebunan kelapa sawit dapat dimanfaatkan secara integratif melalui optimalisasi lahan perkebunan dengan tanaman pangan seperti jagung atau tanaman musiman lainnya," jelas Harvick.

Lebih lanjut Wakil Menteri mengatakan, "Indonesia punya potensi untuk swasembada jagung dan kita harus mampu. Dari potensi tersebut, saya mendorong upaya khusus melalui optimalisasi lahan pada perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit dapat di dorong seoptimal mungkin," ujarnya.

"Saya meminta agar betul-betul di detailkan potensi optimalisasi lahan perkebunan tersebut khususnya kelapa sawit agar dapat dimanfaatkan secara optimal dalam mendukung peningkatan produksi jagung nasional. Arahan Bapak Presiden jelas bahwa lakukan upaya-upaya luar biasa untuk meningkatkan produksi jagung. Tentu Kementerian Pertanian perlu dukungan seluruh pihak, termasuk pemanfaatan optimalisasi lahan perkebunan," ujarnya.

Baca juga : 

Direktur Jenderal Perkebunan Andi Nur Alam Syah mengatakan, program integrasi tanaman perkebunan dengan tanaman pangan menjadi salah satu strategi tepat jitu, upaya khusus disaat kondisi global mengalami krisis pangan, program Kelapa Sawit Tumpang Sari Tanaman Pangan atau KESATRIA ini harus benar-benar implementatif. Tentu disesuaikan dengan standar yang dimungkinkan secara teknis dilapangan.

Mengapa harus dengan jagung tumpangsarinya? Tingkat kebutuhan jagung 14 juta ton per tahun sedangkan pasokan dalam negeri belum dapat mencukupi, sehingga selalu impor menjadi jalan keluar.

“Jagung sangat dibutuhkan oleh Indonesia sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pangan, tidak hanya untuk kebutuhan pakan ternak. Indonesia berpotensi menghemat devisa dari impor jagung yang dapat disubtitusikan sebagai insentif di sektor hulu,"  jelas Andi Nur.

Andi Nur menambahkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor jagung sebanyak 1,09 juta ton pada tahun 2022. Volume tersebut naik 9,89% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 995.998 ton. Bahkan di tahun 2023 ini Pemerintah berencana mengimpor jagung sebanyak 500.000 ton untuk mengisi cadangan pemerintah dan memenuhi kebutuhan peternak rakyat. Kalau saja optimalisasi lahan perkebunan khususnya kelapa sawit, dapat memenuhi produksi jagung 500.000 ton, tentu impor bisa kurangi atau bahkan bisa kita stop.

"Saya berharap pertemuan ini menjadi momentum kebangkitan industri kelapa sawit Indonesia kedepan dengan mengoptimalkan potensi lahan perkebunan yang ada. Saya optimis sawit Indonesia Berkelanjutan akan terwujud melalui sinergi multi pihak dalam mengakselerasi kolaborasi semua pihak," harap Andi Nur. (A3)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


TOP