Riset Perkebunan Hulu – Hilir Didorong Untuk Berkembang

Riset Perkebunan Hulu – Hilir Didorong Untuk Berkembang
Agricom.id

22 April 2019 , 06:44 WIB

InfoSAWIT, JAKARTA - Komoditas perkebunan nasional, seperti kopi, kakao, dan teh, telah menjadi tren gaya hidup (lifestyle) yang erat dengan kehidupan masyarakat tanpa mengenal batas usia dan gender. Untuk terus mendorong kualitas komoditas agar mampu memenuhi permintaan pasar, pemerintah mendorong penuh pengembangan riset dari sisi hulu dan hilir untuk menghasilkan kualitas komoditas berkualitas tinggi dan dapat bersaing di pasar global.

Dikatakan ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, dirinya pernah melakukan pengembangan riset komoditas perkebunan pada tahun 1980-an. Namun, hal ini berhenti dan tidak diteruskan. Padahal, komoditas-komoditas ini sangat berpeluang melahirkan tidak hanya lapangan usaha, tetapi juga entrepreneur yang dapat membangun sektor ini secara jangka panjang.

Darmin menegaskan bahwa sektor perkebunan tanpa adanya pengembangan riset tidak akan dapat berkembang secara optimal. Tidak hanya itu, Darmin juga menyoroti beberapa produk perkebunan berbasis kerakyatan yang sarat dengan kurangnya pengembangan riset untuk menghasilkan komoditas yang baik. Di sisi lain, pengembangan riset hanya ditemukan di perkebunan-perkebunan milik perusahaan besar. Saat ini, pengembangan riset yang diperlukan oleh sektor perkebunan sendiri berpusat pada riset terhadap benih, processing, dan budidaya komoditas itu sendiri.

“Akan menjadi kerugian tersendiri jika di sekitar perkebunan rakyat tidak ada pengembangan riset yang biasa dikembangkan oleh perusahaan besar dan pemerintah tidak mengambil langkah untuk mengisi kekosongan ini. Karena itulah, kami terus mendorong pengembangan riset untuk komoditas perkebunan ini,” tutur Darmin, saat memberikan sambutan pada acara Cho-choc Tea Night and Fun yang merupakan rangkaian acara Seminar Pupuk dan Mekanisasi di Perkebunan yang diadakan oleh PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN), belum lama ini di Jakarta.

Adapun, pada tahun 2018, kinerja komoditas kopi nasional dari sisi luas areal perkebunan mencapai 1.241.514 hektare dan total produksi 722.461 ton. Potensi ini menjadi sebuah harapan besar mengingat saat ini kualitas kopi Indonesia dikategorikan sebagai kopi speciality, yakni kopi berkualitas yang telah melewati proses sesuai standar mulai dari hulu ke hilir. Oleh karena itu, penguatan sisi hulu dan hilir perkebunan kopi menjadi salah satu hal yang terus dioptimalkan oleh pemerintah bersama pihak swasta.

Untuk komoditas lainnya, misalnya teh, produksi komoditas ini dapat mencapai 141.342 ton yang didapat dari luas areal sebesar 113.215 hektare sepanjang tahun 2018. Potensi pengembangan teh sendiri sangat luas, tidak hanya untuk kesehatan tetapi juga sering digunakan untuk kosmetik. Adapun, untuk komoditas terakhir yakni coklat, Indonesia dapat menghasilkan jumlah produksi biji kakao pada tahun 2018 mencapai 593.832 ton dari luas areal perkebunan 1.678.269 hektare. Potensi ini sangat besar mengingat kualitas kakao nasional sendiri dikenal dengan cita rasa yang tinggi yang yang berbasis geografis.

Di hadapan para undangan yang didominasi oleh pelaku usaha dan pihak swasta, Darmin menegaskan komoditas perkebunan perlu mendapatkan perhatian tersendiri, khususnya pada bagian processing. “Kita tahu bahwa Indonesia memiliki speciality coffee misalnya, yang sangat bervariasi. Jika komoditas ini diproses dengan baik maka kopi nasional kita akan memiliki ciri khas tersendiri. Jadi, komoditas perkebunan perlu diproses dengan standar yang tinggi agar dapat bersaing,” tutup Darmin. (A2)

 

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


TOP